Menuju konten utama
Preview Final Piala AFF 2016

Indonesia Selalu Mencetak Dua Gol, Tapi Itu Tidak Cukup!

Melangkah ke final, Indonesia punya rekam jejak bagus: selalu cetak dua gol tiap laga. Di babak final, apalagi jika menghadapi Thailand, dua gol saja tidaklah cukup!

Indonesia Selalu Mencetak Dua Gol, Tapi Itu Tidak Cukup!
Para pemain Indonesia melakukan selebrasi ketika Indonesia unggul 2-1 lewat gol penalti yang dicetak oleh Boaz Salossa pertandingan semifinal Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (3/12). TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Ada fenomena menarik yang mengiringi perjalanan timnas Indonesia hingga final Piala AFF 2016. Dari lima pertandingan yang dilakoni selama ini, tiga di babak grup dan dua babak semifinal, Indonesia selalu berhasil mencetak dua gol. Selalu dua gol. Hanya dua gol. Tidak kurang, juga tidak lebih.

Banyak pujian mengarah pada lini serang tim nasional. Dari 10 gol yang dicetak selama ini, 7 gol di antaranya memang lahir dari barisan lini depan dengan rincian: Andik Vermansyah, Lerbi Aliandri (1 gol), Stefano Lilipaly (2 gol) dan Boas Solossa (3 gol).

Torehan ini di luar dugaan karena setelah cederanya Irfan Bachdim, timnas digembor-gemborkan akan mandul. Hal yang wajar karena bagi pelatih timnas Alfred Riedl, Irfan adalah sosok vital dalam skema taktik yang dia susun.

Saat Irfan belum cedera, Riedl begitu serius memantapkan pakem 4-4-2. Hal itu bisa terlihat dari ujicoba melawan Malaysia dan Vietnam, September lalu. Sejak menukangi timnas pada 2010 lalu, Riedl memang selalu mamakai formasi 4-4-2 dengan permainan direct attack yang sangat membutuhkan dua striker dengan pergerakan yang bagus.

Irfan Bachdim menjadi kunci penting dalam skema permainan Riedl. Sejak Piala AFF 2010, Bachdim sangat dipercaya Riedl. Ia menjadi kunci Riedl membawa tim nasional hingga ke final Piala AFF 2010. Menjelang Piala AFF 2016, seluruh laga uji coba dijalani dengan formasi 4-4-2 dengan memakai duet Bachdim-Boaz di lini depan.

Hasil positif pascaabsennya Bachdim tentu anomali. Kepergian pemain vital ini membikin Riedl menggeser Boaz Saloassa yang biasanya memerankan pemain no.9, menjadi pemain yang diberi keleluasaan bergerak. Boaz banyak bergerak, termasuk pindah ke posisi flank, untuk menerima umpan-umpan dari belakang.

Sehari menjelang leg kedua melawan Vietnam, kepada jurnalis asing di Vietnam Riedl begitu memuji Boaz. “Boaz adalah pemain penting bagi kami. Dia pemain bertalenta dengan naluri menyerang yang sangat baik," ucap Riedl kepada wartawan .”Selain itu, dia tahu apa yang harus dilakukan di lapangan. Ya, akan menjadi lebih baik apabila dia fit untuk melawan Vietnam pada leg kedua."

Peran baru Boaz memberikan ruang bagi Ferdinand Sinaga atau Lerby untuk mengisi posisi di lini depan sebagai ujung tombak. Dan mereka cukup sukses. Pujian pun mengalir deras pada duet Boaz dan Lerby/Ferdinand, seperti yang diungkap Jacksen F Tiago. “Permainan lini serang timnas, khususnya Boaz dan Lerby mampu membawa Indonesia mencapai level yang lebih baik,” kata Jacksen.

INFOGRAFIK Thaliand Vs Indonesia

Dari sana, setidaknya, bisa ditemukan argumentasi mengapa Indonesia selalu mencetak dua gol dalam setiap laga. Menggunakan dua penyerang (Boaz dan Lerby/Ferdinand) dan dua gelandang tengah, Indonesia bisa sangat berbahaya ketika lawan kebanyakan memakai tiga gelandang. Indonesia sering unggul jumlah pemain saat menyerang dengan cepat, tidak terlalu lama memainkan bola di lini tengah, melainkan langsung mengirim bola ke depan menuju dua striker.

Skema di atas memang sukses dikonversi menjadi kemenangan pada laga melawan Vietnam dan Singapura. Skema ini juga sukses membuat Indonesia tak kehilangan muka ketika bersua Filipina.

Lalu, apakah statistik mencetak dua gol tiap pertandingan bisa menjadi bekal di final? Belum tentu! Apalagi jika harus menghadapi Thailand yang memang sangat besar peluangnya lolos ke final.

Di laga pembuka Piala AFF 2016 melawan Thailand, skema dua striker semacam itu juga memang menghasilkan dua gol. Hanya saja, pada saat yang sama, Indonesia kebobolan empat gol. Ya ujung-ujungnya kalah juga. Dan Thailand sangat punya potensi untuk mencetak gol sama banyaknya atau bahkan lebih.

Kita baru saja menyaksikan bagaimana Vietnam juga mencetak dua gol ke gawang Indonesia di laga kedua semifinal. Dan itu dilakukan oleh Vietnam justru saat mereka hanya bermain dengan 10 orang.

Maka pekerjaan rumahnya adalah: membenahi lini pertahanan. Buat apa mencetak dua gol namun pada saat yang sama kebobolan lebih dari dua gol?

Baca juga artikel terkait PIALA AFF atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Maulida Sri Handayani