Menuju konten utama

Impor Kurma Melonjak Hampir 50 Persen Jelang Bulan Puasa

Suhariyanto mengatakan besaran persentase impor kurma tersebut disebabkan bulan puasa yang semakin dekat dan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan Ramadhan.

Impor Kurma Melonjak Hampir 50 Persen Jelang Bulan Puasa
Penjualan kurma di pasar Tanah Abang, Jakarta. Tirto/Andrey Gromico.

tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan impor kurma ke Indonesia pada April 2017 mulai melonjak. Tak tanggung-tanggung, kurma yang dikatakan berasal dari Tunisia itu mengalami kenaikan hingga sebesar 49,26 persen. Menurut Ketua BPS Suhariyanto, besaran persentase impor kurma tersebut disebabkan bulan puasa yang semakin dekat dan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan Ramadhan.

“Tentu ini berkaitan dengan persiapan menjelang bulan puasa. Sehingga tidak mengherankan, di April kemarin ada kenaikan impor kurma. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan juga (tercatat) sesuai dengan pola konsumsi masyarakat jelang Ramadhan,” ujar Suhariyanto saat jumpa pers di Jakarta, Senin (15/5/2017).

Lebih lanjut Suhariyanto menjelaskan, penurunan impor malah terjadi pada cabai keriting dari India dan daging lembu dari Australia. “Untuk cabai kering turun sebesar 35 persen, sementara daging jenis lembu mengalami penurunan 65 persen,” kata Suhariyanto.

Adapun nilai impor nonmigas pada April 2017 adalah sebesar 10.32 miliar dolar AS. Dengan perolehan tersebut, nilai impor nonmigas di April 2017 turun 6,26 persen apabila dibandingkan dengan saat Maret 2017 yang besarannya mencapai 11 miliar dollar Amerika.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan April 2016 (year-on-year), nilai impor nonmigas di bulan lalu meningkat sebanyak 9,16 persen.

Menurut catatan BPS, peningkatan impor nonmigas terbesar terjadi pada golongan serealia yang naik 17,45 persen mencapai 34,2 juta dolar AS. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada golongan kapal laut dan bangunan terapung yang meluncur sebesar 63,46 persen dengan perolehan 187,7 miliar dolar AS.

Sama halnya dengan nilai impor di sektor nonmigas, nilai impor migas pada April 2017 yang sebesar 1,61 miliar dolar AS juga mengalami penurunan. Persentase penurunannya sebesar 29,25 persen apabila dibandingkan Maret 2017 yang senilai 2,2 miliar dolar AS. Akan tetapi jika dilihat berdasarkan year-on-year, impor migas naik 18,27 persen.

Secara keseluruhan, nilai impor Indonesia di bulan lalu mencapai 11,93 miliar dolar AS. Jika membandingkannya month-to-month, pencapaian tersebut turun sebesar 6,26 persen, namun jika dilihat secara year-on-year, angkanya meningkat sebanyak 9,16 persen.

“Selama April, impor memang melambat. Oleh karena itu, pertumbuhannya cenderung negatif apabila dibandingkan dengan Maret 2017,” ucap Suhariyanto lagi.

Meskipun Tunisia memasok kurma ke Indonesia yang besarannya melonjak hingga hampir mencapai 50 persen, namun negara-negara pemasok barang impor nonmigas terbesar tetap ditempati Tiongkok, Jepang, dan Thailand.

Menurut catatan BPS selama Januari-April 2017, Tiongkok dikatakan telah memasok barang senilai 10,37 miliar dolar AS (25,70 persen). Sementara pada peringkat kedua, nilai impor dari Jepang tidak sebesar Tiongkok, yakni 4,63 miliar dolar AS (11,49 persen), dan disusul Thailand dengan nilai 2,89 miliar dolar AS (7,16 persen).

Lalu apabila dilihat berdasarkan kawasannya, impor nonmigas dari ASEAN mencapai 20,83 persen, sedangkan dari Uni Eropa sebesar 9,24 persen.

Baca juga artikel terkait IMPOR INDONESIA atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto