Menuju konten utama

Bayi Membatu di Jambi Diawetkan RS untuk Pengajaran

Si ibu mengamanahkan bayinya yang sudah membatu kepada pihak rumah sakit untuk keperluan pendidikan. Menurut dokter, fenomena ini termasuk langka karena hanya ada 300 kasus di dunia dan pertama kali di Indonesia.

Bayi Membatu di Jambi Diawetkan RS untuk Pengajaran
Tim dokter RSUD Raden Mattaher Jambi memperlihatkan bayi yang telah membatu, Selasa (7/3). (Antaranews.com/Dodi Saputra)

tirto.id - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi dihebohkan dengan lahirnya bayi yang telah membatu. Atas izin sang ibu, bayi membatu itu pun diawetkan pihak rumah sakit tempat perempuan tersebut melahirkan untuk keperluan dunia pendidikan.

Ketua Tim Medis Operasi pengangkatan bayi tersebut, dr Pariyanto, di rumah sakit setempat, Rabu (8/3/2017), mengatakan berdasarkan diskusi bersama sang ibu dan keluarga, bayi yang sudah membatu karena sudah 37 tahun berada dalam kandungan itu diamanahkan untuk disimpan pihak rumah sakit.

"Ini kejadian langka, dan rumah sakit sudah dapat izin dari keluarga yang mengamanahkan untuk di simpan atau diawetkan yang kegunaannya untuk dunia pendidikan," katanya seperti dikutip dari Antara.

Paryanto menjelaskan, kejadian ini merupakan kejadian langka. Hanya ada 300 kasus terjadi di dunia dan di Jambi adalah kasus kali pertama.

Karenanya, amanah sang ibu yang sudah berusia 60 tahun itu dinilai sangat bermanfaat untuk penelitian. Terlebih banyak dokter muda yang belum mengetahui bentuk bayi yang sudah membatu.

Menurutnya, fenomena yang disebut litopedion ini terjadi ketika sperma gagal kembali ke rahim namun tetap berkembang di perut atau di luar rahim. Anehnya, dalam kasus ini sperma yang gagal kembali ke rahim justru menempel di penggantung rahim dan sembunyi di belakang rahim.

"Akibat kurangnya makanan, bayi tersebut akhirnya mengecil dan mengeras hingga membatu. Kesulitan operasi karena posisi bayi berada di belakang rahim. Ini fenomena tidak lazim," ujar Pariyanto.

Sementara itu, terkait keperluan pendidikan tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Raden Mattaher, dr Iwan membenarkan bahwa bayi yang sudah membatu itu diserahkan ke rumah sakit.

Iwan menjelaskan, bayi sudah menjadi mumi dan membatu itu diangkat dari perut sang ibu melalui proses operasi di Kamar Operasi RSUD Raden Mattaher Jambi.

"Pasien ditangani oleh dr Paryanto Spog. Operasi berlangsung sekitar 2,5 jam, pada Senin [6/3/2017] kemarin," ujarnya.

Bayi yang sudah membatu itu disinyalir dokter berada di dalam perut sang ibu selama 37 tahun.

"Waktu dikeluarkan, bayinya sudah membatu. Karena terlalu lama dalam kandungan, bayi itu mengalami mumifikasi atau menjadi mumi," kata Iwan menjelaskan.

Iwan menambahkan, peristiwa bayi menjadi mumi dan membatu adalah momen langka di dunia. Peristiwa litopedion atau bayi batu ini ditemukan 300 kasus dalam 400 tahun terakhir.

Fenomena langka ini diketahui setelah sang ibu memeriksakan diri ke dokter. Anehnya keluhan yang diderita perempuan itu hanya sulit buang air besar (BAB) selama bertahun-tahun.

Saat diperiksa, ditemukan benjolan pada perut bawah sang ibu dan dugaan semula adalah tumor, namun setelah dianalisa tim dokter ternyata ada bayi di dalamnya perut pasien sehingga dilakukanlah operasi dan tim medis berhasil mengangkat bayi tersebut.

Namun sayangnya, sang ibu dan keluarga belum bersedia diminta keterangan. Informasi awal perempuan tersebut beralamat di Kelurahan Sridadi, Kabupaten Batanghari. Dia hanya memiliki satu anak laki-laki yang berusia 39 tahun.

Baca juga artikel terkait BAYI LAHIR atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari