Menuju konten utama

Apakah Binatang Bisa Dilepaskan Begitu Saja ke Alam Liar?

Di Afrika, pembebasan singa dilakukan secara bertahap dan telah dilakukan selama 15 tahun.

Apakah Binatang Bisa Dilepaskan Begitu Saja ke Alam Liar?
Tiga bayi singa dengan induk Zarina dipamerkan untuk pertama kalinya di kandang mereka di sebuah kebun binatang di Frankfurt, Jerman, Rabu (30/5/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Kai Pfaffenbach

tirto.id - Dalam film Life of Pi, binatang-binatang di sebuah kebun binatang milik seorang pengusaha India terlepas dan mati. Hal itu disebabkan oleh kapal yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan.

Pi adalah manusia yang selamanya dalam kecelakaan tersebut, beserta seekor harimau ganas.

Mereka mengapung di lautan hingga berhari-hari. Harimau itu kemudian mulai mengganas dan terus berusaha memangsa Pi.

Ceritanya berakhir dalam adegan di mana si harimau sepertinya memiliki rasa iba. Karena Pi terus memberinya makanan selama mereka mengapung di lautan.

Mungkin itu hanyalah sebuah adegan film, tetapi bagaimana sebenarnya jika binatang-binatang di kebun binatang dilepas ke alam liar?

Dahulu, manusia menangkap binatang untuk disiksa. Suatu kali bangsa Romawi secara rutin menyiksa dan membantai singa, macan tutul, badak, dan bahkan gajah di Colosseum dan memancing beruang adalah hal biasa di seluruh Eropa sampai abad ke-19.

Tetapi sekarang, ada banyak pelarang mengenai penyiksaan binatang. Manusia kemudian membuat kebun binatang dan diberi kandang.

Bahkan binatang itu seumur hidup tumbuh dan besar di sana. Hingga hewan-hewan itu kemudian terbiasa berinterkasi dengan manusia.

“Karena tidak memiliki rasa takut alami terhadap manusia, mereka rentan terhadap pemburu liar dan tidak siap untuk hidup di alam liar. Melepaskan ke alam liar tidak secara otomatis untuk kepentingan terbaik hewan. Bahkan bisa jadi itu bukan membebaskan tapi malah menambah kesengsaraan," kata Dr Chris Draper kepala kesejahteraan hewan dan penangkaran di Born Free.

Melepas ikan, reptil, dan amfibi, mungkin dapat secara langsung bisa dilakukan. Katak misalnya, dapat sering dikembangbiakkan dalam jumlah besar di laboratorium dan dilepaskan ke alam liar.

Tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk mamalia yang punya pengaruh dalam hidup mereka yang kompleks.

Primata, kucing besar, gajah, lumba-lumba dan paus, mungkin memerlukan instruksi bertahun-tahun dari ibu mereka, dan seluruh kelompok anggota spesies lain di mana mereka dapat berkembang ketika dewasa.

“Untuk waktu yang lama, gagasan mengembalikan hewan seperti mamalia besar ke alam bebas mungkin hal yang mudah. Tetapi sekarang kita melihat orang-orang di lapangan mempertanyakan kepercayaan yang telah lama dipegang bahwa tidak mungkin mengembalikan hewan peliharaan ke habitat mereka,” kata Katie Moore dari International Fund for Animal Welfare.

Menurut Katie, banyak kasus terlihat mustahil, terutama jika hewan-hewan itu trauma atau masih sangat muda ketika ditangkap.

“Salah satu spesies yang akan sangat bermasalah adalah beruang kutub. Mereka hidup di lingkungan yang sangat terspesialisasi, dan perlu belajar keterampilan untuk bertahan hidup di lingkungan itu dari ibu mereka. Mempelajari ketrampilan-ketrampilan itu dalam konteks pra-rilis hampir tidak mungkin. Tapi jenis beruang lain tampaknya cukup berhasil ketika dilepaskan kembali ke alam liar. Tapi itu sangat tergantung pada hewan individu: usia ditangkap, apakah dibiakkan dalam penangkaran, pengalaman dalam penangkaran, segala jenis trauma, kesehatan, nutrisi awal,” jelasnya

Metode Baru Pelepasan

Pembebasan singa Afrika ke alam liar oleh African Lion and Environmental Research Trust (ALERT) di Zimbabwe telah dilakukan selama 15 tahun.

Singa memang bisa menjadi terbiasa dengan manusia, tetapi mereka bisa dibebaskan dari belenggu itu.

Metode pembebasan mereka melibatkan beberapa tahap. Pertama, singa yang telah terbiasa dengan manusia dilepaskan ke dalam kandang besar dengan salah satu spesies hewan yang mereka mangsa untuk mereka buru.

Selanjutnya, hewan-hewan itu akhirnya membentuk rasa gagah mereka dan menghasilkan anak-anak baru.

Kemudian anak-anak itu, yang telah tumbuh bersama dan membentuk ikatan sosial, akhirnya dilepaskan sebagai suatu kebanggaan.

"Ini penting, membentuk rasa gagah dan bangga pada singa bisa membantu mereka menjadi liar kembali. Kebanggaan perlu diperhitungkan,” jelas Norman Monks seperti dilansir dari BBC.

Banyak kelompok lain yang menantang gagasan lama dan berupaya mengembangkan teknik baru yang disesuaikan dengan kebutuhan berbagai spesies untuk mencapai apa yang sebelumnya dianggap mustahil.

Salah satu hewan yang ada di Indonesia adalah orang utan. Sebelumnya, International Animal Rescue membayangkan orang utan tidak bisa dilepaskan karena orang utan dalam habitat mereka mengahbisakn waktu bersama induknya hampir 9 tahun.

“Kami berusaha untuk melepaskan sebanyak mungkin. Kami berusaha untuk tidak membiarkan mereka melekat pada kami, karena kami membutuhkan mereka belajar untuk tidak mempercayai orang,” kata Karmele Liano Sanchez, direktur program Penyelamatan Orangutan di International Animal Rescue.

“Kuncinya adalah mereka belajar lebih banyak dari satu sama lain daripada yang kita lakukan: satu hewan akan belajar keterampilan dengan sangat cepat, dan kemudian mengajar orang lain. Inilah cara mereka belajar kembali bagaimana menjadi orangutan lagi. Butuh bertahun-tahun dan banyak usaha, tetapi ternyata secara mengejutkan berhasil. Bahkan orangutan liar yang telah dibawa kepada kami setelah kebakaran hutan dengan luka-luka, atau yang telah kelaparan, dapat dikembalikan ke kesehatan yang baik dan dikembalikan ke alam liar,” tambahnya.

Baca juga artikel terkait PELEPASAN BINATANG atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo

Artikel Terkait

Keberanian dan Akhir Hayat Sang Pemburu Buaya
Mild report
Kamis, 8 Sept 2022

Keberanian dan Akhir Hayat Sang Pemburu Buaya