Menuju konten utama

Putus Mata Rantai Penyebaran COVID-19 dengan Gerakan 3M dan 3T

Pemerintah ajak masyarakat tekan angka penyebaran COVID-19 dengan menerapkan gerakan 3M. 

Putus Mata Rantai Penyebaran COVID-19 dengan Gerakan 3M dan 3T
Polisi melakukan imbauan penerapan protokol kesehatan di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/FOC.

tirto.id - Pemerintah mengimbau masyarakat untuk menerapkan gerakan 3M yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumuman untuk menekan angka penyebaran COVID-19.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr. Reisa Broto Asmoro saat jumpa pers di Kantor Presiden, 18 September lalu mengatakan, saat ini pemerintah telah melaksanakan langkah 3T yaitu testing, tracing dan treatment.

Dalam konteks tracing atau pelacakan, Kemenkes telah menemukan lebih dari 1000 kluster.

Kluster sendiri dapat terjadi di rumah, tempat kerja, atau di tempat kerumunan lainnya. Biasanya diawali salah satu orang yang positif dan tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Lalu menularkan orang-orang di sekitarnya.

"Kluster bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di perkantoran, bisa terjadi di berbagai komunitas termasuk rumah tangga," jelasnya.

Untuk testing juga jumlahnya semakin meningkat per hari. Data Kemenkes mencatat lebih dari 10 ribu tes per 1 juta penduduk. Dan ini apresiasi bagi masyarakat yang mendukung penuh.

Sementara untuk treatment pemerintah juga telah mengupayakan penanganan pasien COVID-19 dilakukan dengan terbaik. Pola perawatan di berbagai fasilitas kesehatan pun sudah dilakukan secara optimal.

Masyarakat diminta menerapkan 3M dalam keseharian dan lebih baik di rumah saja. Karena memutus mata rantai pandemi harus dilakukan secara bersamaan di seluruh Indonesia.

"Jadi kompak dan disiplin yuk, kita kan orang Indonesia, warga dunia yang luar biasa dan orang Indonesia optimis, bisa, pemerintah 3T, kita 3M, Indonesia pasti bisa!" ajak Reisa.

Dilansir dari Antara, mantan Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof. Dr. dr. Akmal Taher mengatakan, seluruh masyarakat diharapkan mau menerapkan 3M, tak cukup hanya diberi tahu tetapi perlu ada tindak lanjut agar 3M menjadi bagian perilaku di masyarakat.

Komunitas bisa berperan menjangkau masyarakat melalui pendekatan masing-masing.

Lebih lanjut, terkait tracing, seperti saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para tenaga kesehatan perlu mencari setidaknya 30 orang yang berkontak erat dengan pasien positif COVID-19 selama dua minggu terakhir.

Mereka ini harus ditemukan setidaknya dalam waktu 3x24 jam. Bagaimana caranya? Merujuk pada upaya pemerintah di Thailand, mereka menggandeng satu juta relawan untuk melakukan tracing ini.

Di Indonesia, menurut Akmal, hal ini salah satunya bisa dilakukan memanfaatkan puskesmas. Tenaga kesehatan di puskesmas cenderung lebih banyak berkontak dengan masyarakat ketimbang rumah sakit.

"Kembali ke puskesmas, tidak mungkin dikerjakan di rumah sakit. Karena masyarakat perlu terlibat banyak dan yang paling dekat dengan masyarakat adalah puskesmas, puskesmasnya harus dibantu bekerja dengan lebih baik," tutur Akmal.

---------------------------------------------------------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH