Menuju konten utama

Profil Adi Kurdi: Aktor Senior yang Meninggal Hari Ini

Adi Kurdi populer dalam serial Keluarga Cemara sebagai Abah, ia meninggal di usia ke 72 tahun. 

Profil Adi Kurdi: Aktor Senior yang Meninggal Hari Ini
Agustinus Adi Kurdi. instagram/tetamovie

tirto.id - Agustinus Adi Kurdi meninggal dunia pada hari ini, Jumat (8/5/2020) pukul 11.31 WIB. Aktor yang populer dalam serial Keluarga Cemara sebagai Abah karya Arswendo Atmowiloto ini meninggal di usia 72 tahun. Sebelum meninggal, Adi Kurdi sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Cawang, Jakarta Timur karena mengalami gangguan syaraf otak.

Kurdi lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 22 September 1948. Memasuki jenjang perkuliahan, dia masuk Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) jurusan Patung. Saat ini ASRI berganti nama menjadi Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

Sepertinya kehidupan di Yogyakarta membawanya dekat dengan dunia akting, khususnya teater. Sekitar tahun 1970-an, Kurdi bergabung dengan Bengkel Teater yang merupakan pimpinan WS Rendra. Di pementasan Bengkel Teater, Kurdi pernah mendapat peran utama dalam Kisah Perjuangan Suku Naga.

Dalam dunia pendidikan akting, Kurdi kemudian belajar di School of Art, Theatre Program, New York University. Proses belajar tersebut dia tempuh dalam rentang tahun 1976 sampai 1978. Setelah itu, Kurdi mulai memasuki dunia film.

Penampilannya yang cukup mencuri perhatian saat berakting di film Putri Seorang Jendral (1981) karya Wim Umboh. Dalam film tersebut, dia hanya mendapat sedikit adegan saja. Kurdi semakin menjadi perbincangan banyak orang setelah memenangkan penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1981. Melalui film Gadis Penakluk (1980), dia mendapat penghargaan dalam kategori Pendatang Baru yang Mempunyai Harapan dan Pemeran Utama Pria Terbaik.

Kurdi terus melaju dalam dunia film era 80-an dengan berperan di film-film seperti Beri Aku Waktu (1986), Opera Jakarta (1985), Hatiku Bukan Pualam (1985), Bunga Bangsa (1982), R.A. Kartini (1982), dan Bukan Istri Pilihan (1981).

Sementara pada tahun 90-an, ada dua film yang dia bintangi yaitu Oeroeg (1992) dan Surat untuk Bidadari (1992). Di era ini juga, Kurdi membintangi beberapa sinetron seperti Sebening Air Matanya (1993), Keluarga Cemara (1997), dan Ali Topan Anak Jalanan (1997). Kesuksesan Keluarga Cemara membuat beberapa orang mengingatnya sebagai Abah, merujuk pada perannya sebagai kepala keluarga.

Untuk era 2000-an, Adi Kurdi membintangi film Koki-Koki Cilik (2018), Triangle: the Dark Side (2016), Catatan Dodol Calon Dokter (2016), Kapan Kawin? (2015), Finding Srimulat (2013), Sang Martir (2012), Ratu Kostmopolitan (2010), Karma (2008), Anak-anak Borobudur (2007), 3 Hari untuk Selamanya (2006), dan Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002).

Pada ajang FFI tahun 2007, Kurdi mendapat penghargaan dalam kategori Aktor Pendukung Terbaik melalui film Anak-Anak Borobudur. Melalui film Kapan Kawin? dan Catatan Dodol Calon Dokter, dia juga mendapat penghargaan dalam kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik dalam ajang FFI tahun 2015 dan 2016.

Film terakhir Kurdi yaitu Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah (2020). Film ini merupakan ajang reuni para pemeran serial Keluarga Cemara. Terima Kasih Emak, Terima Kasih Abah bercerita masa tua Emak dan Abah. Para anaknya yang telah menikah kini memiliki berbagai masalah yang cukup pelik.

Meski telah banyak terjun di dunia film dan sinetron, Kurdi sepertinya masih menaruh porsi besar di dunia teater. Tahun 1996 misalnya, dia muncul dengan banyak pujian melalui Monolog Adi Andojo.

Baca juga artikel terkait ADI KURDI atau tulisan lainnya dari Sirojul Khafid

tirto.id - Film
Kontributor: Sirojul Khafid
Penulis: Sirojul Khafid
Editor: Alexander Haryanto