Menuju konten utama

Operasi Tinombala Dilanjutkan, 1800 Personel Kejar 9 DPO

Operasi Tinombala untuk menangkap sisa-sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur akan diperpanjang hingga Maret 2017. Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Tinombala sekaligus Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi menyatakan bahwa keberadaan Satgas Tinombala masih dibutuhkan di Poso.

Operasi Tinombala Dilanjutkan, 1800 Personel Kejar 9 DPO
Satgas Operasi Tinombala 2016 melakukan penjagaan di Posko Sektor II Tokorondo, Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (16/8). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Operasi Tinombala untuk menangkap sisa-sisa anggota Mujahidin Indonesia Timur akan diperpanjang hingga Maret 2017. Penanggung Jawab Komando Operasi (PJKO) Tinombala sekaligus Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi menyatakan bahwa keberadaan Satgas Tinombala masih dibutuhkan di Poso.

"Operasi Tinombala akan berakhir 3 Januari 2017, tapi akan diperpanjang lagi sampai tiga bulan ke depannya," katanya di Palu, seperti dikutip Antara, Rabu (21/12/2016).

Kapolda membantah perpanjangan Operasi Tinombala bukan dikarenakan adanya anggota satgas yang tewas tertembak pada Selasa (20/12), tetapi karena masih diperlukan dan disetujui pimpinan.

"Saya memang menginginkan untuk memperpanjang Operasi Tinombala ini. Saya harus temukan sembilan orang (sisa pengikut Santoso) itu, karena jangan ada duri dalam daging yang akan terus meresahkan masyarakat di Sulawesi Tengah," ujarnya.

Kapolda juga menegaskan bahwa daftar pencarian orang (DPO) anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso tersisa sembilan orang. Jumlah itu tidak bertambah dan sesuai dengan kesaksian masyarakat dan jejak yang ditemukan personel aparat di lapangan.

Secara umum, kata Brgjen Pol Rudy, personel Satgas Operasi Tinombala baik moril dan semangat semuanya masih tinggi. Pihaknya juga belum merencanakan untuk menambah jumlah pasukan.

"Ada sekitar 1.800 personel pasukan Satgas Tinombala, terbagi atas TNI dan Polri," tambahnya.

Rudy yang baru tiba dari Manado setelah menghadiri peresmian Kodam XIII/Merdeka itu menyampaikan bahwa pihaknya telah mengundang Pangdam XIIII Merdeka datang ke Palu, untuk memberikan penguatan dan motivasi pada prajurit yang bertugas dalam Satgas Tinombala.

Rudy menegaskan pula bahwa kasus-kasus terorisme di sejumlah daerah di Indonesia tidak memiliki hubungan dengan tertembaknya dua orang personel Satgas Tinombala di Poso kemarin.

"Satgas akan mengubah strategi, taktik dan pola operasi. Salah satunya dengan pola jemput bola. Kalau sebelumnya selalu menerima informasi mengenai penampakan kelompok MIT, tapi ke depan tidak lagi seperti itu," ujarnya.

Perburuan MIT di Sulawesi Tengah

Perburuan terhadap anggota jaringan MIT di Sulteng bermula ketika dua polisi di Tamanjeka ditemukan tewas pada November 2012, sejak saat itu Santoso alias Abu Wardah sebagai pimpinan terus diburu polisi dan TNI.

Untuk memburu kelompok Santoso, aparat keamanan telah melakukan beberapa kali operasi. Operasi pertama dengan sandi Operasi Camar Maleo I diterjunkan sejak 26 Januari 2015. Hasil operasi ini salah satu gembong MIT, Daeng Koro alias Sabar Subagio alias Abu Autad tertembak mati pada 3 April 2015 di pegunungan Sakina Jaya Kecamatan Parigi Utara Kabupaten Parimoi. Daeng diduga menjadi dalang pembunuhan tiga personel Brimob di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Polri kembali melakukan Operasi Camar Maleo II untuk mengejar Santoso dan anak buahnya, Namun hasilnya, ketika itu masih nihil, Santoso belum berhasil dicokok.

Pertengahan 2015, Polri kembali melancarkan Operasi Camar Maleo III. Kapolda Sulteng saat itu, Irjen Pol Idham Azis menyebutkan operasi Camar Maleo III dibantu dengan Detesemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri. Saat itu kelompok Santoso yang diperkirakan ada 30-40 belum tertangkap semua, tapi menurut polisi, jejak-jejak Santoso telah terendus.

Sampai dengan Operasi Camar Maleo IV, menjelang akhir 2015, Santoso belum ditemukan. Idham Aziz sendiri dimutasi menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Divpropam Polri) sementara penggantinya Brigjen Pol Rudy Sufahriadi.

Awal tahun 2016, Jakarta melancarkan Operasi Tinombala yang melibatkan personel gabungan dari Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan Kopassus. Hasilnya, Santoso berhasil ditembak mati pada 18 Juli 2016, tiga hari setelah Jenderal Pol Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolri.

Sejak kematian Santoso itu, perburuan terhadap sisa-sisa anak buah Santoso terus berlanjut sampai hari ini.

Sumber: Antara dan riset tirto.id

Baca juga artikel terkait MUJAHIDIN INDONESIA TIMUR atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Hukum
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH