Menuju konten utama
Pendidikan Kewarganegaraan

Mengenal 5 Tradisi Gotong Royong di Indonesia & Nilai-nilainya

Gotong royong adalah modal sosial agar kesejahteraan bersama dapat dicapai. Lalu apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam gotong royong?

Mengenal 5 Tradisi Gotong Royong di Indonesia & Nilai-nilainya
Sejumlah warga bergotong royong menurunkan genteng guna memperbaiki rumah salah satu warga di Desa Ngancar, Kediri, Jawa Timur, Sabtu (15/7).ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

tirto.id - Gotong royong dapat diartikan sebagai kegiatan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.

Di Indonesia, kegiatan ini kerap dilakukan di berbagai daerah dan mempunyai nilai-nilai tertentu.

Menurut laman Tananua Flores, gotong royong adalah modal sosial agar kesejahteraan bersama dapat dicapai.

Di dalam kegiatan ini tercermin bagaimana manusia secara sadar mengabdikan diri sebagai bagian dari masyarakat.

Lebih dari itu, gotong royong dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu dan diwariskan secara turun-temurun sampai sekarang.

Subagyo dalam “Pengembangan Nilai dan Tradisi Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nilai Budaya” (Journal of Conservation, Vol. 1, No.1, 2012, hlm. 61) menyebut gotong royong sudah menjadi kearifan lokal Indonesia.

Dengan memanfaatkan nilai positif dari kegiatan ini, diklaim Indonesia dapat menghadapi berbagai rintangan zaman. Misalnya, bisa bekerja sama menghadapi isu globalisasi, konflik, politik, dan sebagainya.

Tradisi Gotong Royong di Indonesia

Berdasarkan ungkapan di situs Kemdikbud, gotong royong tidak memperhatikan kepentingan individu atau sebuah kelompok. Namun, lebih fokus ke arah perbaikan secara bersama-sama agar bisa hidup bahagia.

Selain keterangan di atas, di situs tersebut juga terlampir beberapa tradisi gotong royong yang terdapat di Indonesia.

Berikut ini daftar tradisi gotong royong tersebut lengkap dengan nilai yang ada di dalamnya.

1. Tradisi Sinoman di Jawa

Bentuk gotong royong yang satu ini biasanya diselenggarakan ketika ada seseorang yang ingin mengadakan acara pernikahan. Selain itu, sering juga dilaksanakan ketika ada upacara atau acara adat lainnya.

Mereka yang bertugas sebagai sinoman akan menyuguhkan makanan untuk para tamu undangan. Dengan begitu, nilai yang ada di dalam tradisi ini adalah nilai kebersamaan.

Kendati tak diberikan upah, para sinoman menjalankan pekerjaan secara ikhlas. Bahkan, mereka menyambut tamu-tamu yang datang dengan senyuman.

2. Tradisi Morakka ‘bola di Sulawesi Selatan

Dalam kehidupan masyarakat Bugis, perpindahan rumah dengan cara mengangkatnya kerap terjadi.

Hal ini dilakukan untuk memindahkan rumah dari tempat yang dirasa berbahaya atau berpotensi merusak bangunan.

Oleh sebab itu, masyarakat lain akan membantu proses pemindahan rumah. Caranya, mengangkat rumah bersama-sama ke lokasi yang baru. Dengan begitu, nilai solidaritas terbangun dari kegiatan ini.

Bukan hanya itu, kebersamaan dan rasa tanggung jawab terhadap orang yang sedang kesusahan juga menjadi nilai positifnya.

Jika prosesi sudah selesai, maka akan diadakan syukuran sebagai bentuk keberhasilan acaranya.

3. Tradisi Nganggung di Kabupaten Bangka

Di Kabupaten Bangka, ada tradisi yang disebut sebagai Nganggung. Setiap orang bisa ikut serta mengirim makanan ke masjid ketika hari-hari besar.

Misalnya, saat memasuki bulan puasa orang-orang membawa makanan ke tempat ibadah tersebut untuk bekal berbuka.

Selain itu, dilakukan juga ketika acara penghormatan orang meninggal sampai saat menyambut kedatangan para tamu-tamu penting.

Inti nilai yang ada di tradisi ini lebih mengarah ke rasa ikhlas, kebersamaan, hingga tidak membedakan etnis, suku, atau agama orang yang tinggal di sekitarnya.

4. Tradisi Marslalapari di Mandailing

Di daerah Mandailing, Sumatera Utara, tradisi Marslalapari dilakukan saat seseorang sedang menanam atau memanen tanaman padi.

Biasanya, orang-orang yang diajak meliputi saudara sedarah, tetangga samping rumah, hingga kerabat lain yang memang dikenalnya.

Dengan menanam padi dan memanennya bersama-sama, terdapat nilai kasih sayang antarsesama. Kemudian, ada juga nilai positif dari unsur persatuan masyarakat yang diciptakan lewat tradisi ini.

5. Tradisi Rambu Solo di Toraja

Selain empat tradisi di atas, ada Rambu Solo yang terdapat di daerah Toraja. Dalam upacara pemakaman seseorang, masyarakat Toraja melibatkan orang-orang untuk memeriahkan acaranya.

Misalnya, ada pertunjukan kesenian daerah berupa tarian dan musik-musik asli Toraja. Nilai yang ada dalam tradisi ini adalah rasa saling tolong-menolong sesama manusia.

Hal ini disampaikan lantaran roh orang yang meninggal dipercaya akan menjadi suatu entitas baru. Kesempurnaan roh menjadi setingkat dewa, dewa pelindung, atau arwah gentayangan, ini dinilai berdasarkan penyelenggaraan upacaranya.

Dengan begitu, kemeriahan acara harus ditunjukkan agar orang yang meninggal mendapatkan hal yang terbaik. Jika tak diselenggarakan, dipercaya bisa mengakibatkan suatu hal buruk.

Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Gotong Royong

Dari penjelasan mengenai 5 tradisi gotong royong di atas, gambaran umum mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sekiranya cukup jelas.

Pertama, gotong royong membuat seorang individu sadar bahwa kebersamaan merupakan hal penting.

Lalu, masyarakat yang ikut juga punya sikap rela berkorban waktu dan tenaga dalam menjalankan kegiatannya.

Bukan hanya itu, nilai tolong-menolong terhadap orang yang butuh pertolongan juga ada di tradisi ini. Kemudian, ada juga nilai sosialisasi, kekeluargaan, kasih sayang, keikhlasan, sampai persatuan.

Berikut ini daftar lengkap nilai yang terkandung dalam tradisi gotong royong.

  1. Kebersamaan;
  2. Rela berkorban;
  3. Tolong-menolong;
  4. Kekeluargaan;
  5. Sosialisasi;
  6. Kasih sayang;
  7. Keikhlasan;
  8. Persatuan.

Baca juga artikel terkait GOTONG ROYONG atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno