Menuju konten utama

Melankoli Sirkus dalam Pertunjukan Terakhir Ringling Bros

Ringling Bros memutuskan mengakhiri bisnis sirkusnya. Senjakala kematian industri sirkus?

Melankoli Sirkus dalam Pertunjukan Terakhir Ringling Bros
Atraksi gajah-gajah sirkus Ringling Bros di New York, AS (26/03/2010). Emmanuel Dunand/AFP

tirto.id - Siapa yang bisa mengakhiri pertunjukan terhebat di bumi? Jika pertanyaan itu diajukan kepada pemimpin Ringling Bros, niscaya ia akan menjawab: aktivis binatang.

Mungkin itu tak sepenuhnya benar, tapi absennya gajah adalah awal mula. Pada Mei 2016, Ringling Bros, salah satu kelompok sirkus tertua di dunia, memutuskan tak memakai gajah dalam setiap pertunjukannya karena protes berkepanjangan para aktivis binatang. Menurut mereka, binatang tak boleh tampil dalam sirkus. Apapun kondisinya. Bahkan ketika kelompok sirkus itu menyayangi binatang seperti keluarganya sendiri.

Namun karena keharusan --apa menariknya sirkus tanpa binatang, bukan?-- kelompok sirkus keliling ini tetap memakai hewan lain: singa, anjing, harimau, kanguru, juga kuda. Tentu saja mereka terus dirongrong para aktivis.

Sejak memutuskan mempensiunkan gajah, penjualan tiket Ringling Bros menurun. Menurut Kenneth Feld, CEO Feld Entertainments yang menjalankan Ringling Bros, ketiadaan gajah ibarat merontokkan pertahanan terakhir mereka.

Bisnis sirkus keliling memang berbiaya besar. Apalagi sekarang pertunjukan sirkus sudah tak semenguntungkan dulu. Hari ini, ada banyak pilihan hiburan bagi keluarga. Entah itu suntuk dengan ponsel pintar, menonton film bioskop, atau menonton pertandingan olahraga. Dengan menurunnya jumlah penonton, makin mengerikanlah masa depan sirkus bagi Ringling.

Menurut David Lewis Hammarstrom yang menulis Fall of the Big Top: The Vanishing American Circus, jumlah penonton sirkus di AS sejak dua dekade terakhir menurun 30 hingga 50 persen. Antara 2007 hingga 2012, pendapatan kelompok sirkus ini turun hingga 9 persen.

"Absennya gajah dalam sirkus kami, seperti jerami yang mematahkan punuk unta," kata Feld, merujuk peribahasa yang berarti: tindakan kecil yang tampaknya tak berarti, tapi terbukti berdampak besar.

"Penurunan jumlah penonton lebih besar ketimbang yang kami perkirakan."

Sejarah 1,5 Abad Ringling Bros

Sejarah Ringling Bros berasal dari kelompok sirkus P.T. Barnum’s Grand Traveling Museum, Menagerie, Caravan & Hippodrome yang mulai beroperasi sejak 1871. Untuk keperluan promosi, mereka membuat slogan, "Greatest Show on Earth", pertunjukan paling agung di muka bumi. Saingan mereka adalah The Cooper and Bailey Circus.

Seperti teori matematika John Nash, dua kelompok sirkus ini akhirnya memilih untuk tak berkompetisi. Melainkan bergabung untuk jadi makin agam, juga agar kian mendapatkan kue lebih besar. Maka lahirlah Barnum & Bailey Cirus. Ikon mereka adalah Jumbo, seekor gajah Afrika yang disebut sebagai gajah terbesar di dunia kala itu. Berat puncak Jumbo mencapai 6,1 ton. Jumbo jadi masyhur dan menjadi hewan kesayangan banyak orang. Ia dibikin jadi patung, lukisan, hingga lagu.

Pada 1891 Barnum meninggal, Bailey membeli saham milik Barnum. Kelompok sirkus ini terus beroperasi. Di tempat yang lain, lima orang anggota keluarga Ringling membuka kelompok sirkus kecil di Wisconsin. Dengan modal karavan, mereka berkeliling Amerika Serikat. Pertunjukan mereka sukses dan berhasil mengembangkan sayap hingga Eropa.

Pada 1905, Bailey meninggal dan tak punya penerus untuk melanjutkan kerajaan sirkusnya. Ahli waris menjual sirkus Bailey kepada Ringling Brothers. Pada Maret 1919, Ringling Bros and Barnum & Bailey Combined Shows akhirnya resmi dimulai. Menandai era awal kelompok sirkus skala besar dalam arti yang sebenarnya -- baik dari segi sumber daya manusia, hingga teknis pertunjukan, dari berkeliling dengan karavan, hingga menggunakan kereta api.

Ringling Bros tidak melulu sukses. Kelompok sirkus keliling ini beberapa kali mengalami kejatuhan. Pertama, ketika era Depresi Besar pada dekade 1930an. Saat itu, untuk isi perut saja orang-orang mengalami kesusahan, apalagi membeli tiket menonton sirkus. Namun mereka tetap dapat bertahan dengan berpentas di kota-kota besar, menyasar penonton kalangan menengah atas.

Kejatuhan kedua terjadi pada 1944. Saat itu Ringling Bros tampil di Connecticut. Penonton diperkirakan berjumlah 8.700 orang. Tempat pertunjukan sirkus zaman dulu adalah big top. Ini adalah tenda berukuran besar yang memuat penonton dalam posisi duduk melingkar dengan panggung berada di tengah.

Tenda milik Ringling Bros berukuran spektakuler. Ia bisa menampung hingga 9 ribu penonton. Bagian dalam dan luar tenda dilapisi 820 kilogram lilin parafin yang dicampur 23.000 liter bensin. Ini adalah metode lawas untuk menangkis kebocoran.

Ketika pemimpin Ringling, Merle Evans, melihat api, penonton panik. Api dengan cepat membesar karena parafin dan bensin yang mudah terbakar. Sekitar 168 orang meninggal dunia (sumber lain mengatakan 167, ada yang menyebutkan 169) dan kurang lebih 700 orang terluka.

Tragedi ini dianggap sebagai salah satu kebakaran terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Tragedi ini membuat beberapa petinggi Ringling dipenjara. Menurut buku A Ticket To The Circus (1959), keuntungan Ringling selama 10 tahun berikutnya ludes untuk membayar ganti rugi pada keluarga korban.

Kejatuhan ketiga Ringling terjadi seiring kemunculan televisi. Situasi terakhir ini mengubah selera para penonton sirkus. Kini mereka mencari hiburan lewat layar kaca. Majalah Life menulis fenomena ini sebagai "...berakhirnya era keajaiban selama-lamanya."

Pada 16 Juli 1956, Ringling Bros menampilkan pertunjukan terakhir dengan menggunakan big top. Setelahnya, mereka mulai manggung di dalam ruangan. Irvin Feld menjadi salah satu promotor yang membawa mereka manggung keliling Amerika Serikat. Feld dan tiga orang temannya kemudian membeli Ringling Bros dari keluarga Ringling dengan uang sebesar 8 juta dolar. Pada 1971, Ringling Bros sempat dibeli oleh perusahaan Mattel sebesar 40 juta dolar, namun beberapa tahun kemudian dibeli lagi oleh keluarga Feld.

Sejak 33 tahun lalu, Kenneth Feld memimpin Feld Entertainments sekaligus mengurus Ringling Bros. Ia mewarisi Feld Entertainments saat ayahnya, Irvin, meninggal mendadak pada 1984. Sekarang Kenneth ditemani tiga orang putrinya; Nicole, Alana, dan Juliette, untuk mengurus perusahaan keluarga ini.

Ringling Bros saat ini punya 500 orang kru yang berasal dari 13 negara, 100 ekor binatang, dan mengunjungi kira-kira 115 kota setiap tahunnya. Forbes memperkirakan penonton Ringling Bros mencapai 5 juta per tahunnya.

Infografik Ringling sirkus

Penampilan Agung Terakhir di Bumi

Apapun yang terakhir pasti akan menghadirkan histeria massa. Terutama untuk mereka yang punya kenangan. Bello Nock adalah salah satunya.

Kedua orang tuanya bertemu di Ringling Bros pada 1954. Mereka jatuh cinta, menikah. Bello, 49 tahun, mengikuti jejak orang tuanya. Ia ahli berjalan di seutas tambang. Ia bergabung dengan Ringling sejak 2000 hingga 2008. Nock memegang 16 rekor Guinness, termasuk berjalan di seutas tambang yang dibentangkan di antara dua kapal pesiar yang sedang berlayar.

Bello tak tampil pada malam pertunjukan terakhir Ringling Bros, 21 Mei 2017. Tapi ia hadir bersama para mantan kru sirkus, juga para kru veteran. Mereka berkumpul bersama generasi baru pekerja sirkus ini, yang juga lahir dan besar dalam lingkup Ringling.

Ada banyak kru Ringling Bros yang lahir di perjalanan ketika rombongan sirkus ini mengadakan tur. Ivan Vargas, misalkan. Ia generasi keenam pemain sirkus dan akrobat di rombongan sirkus ini. Keluarganya berasal dari Meksiko.

"Aku belajar berjalan di dalam kereta. Kedua orang tuaku tinggal di kereta waktu aku lahir," ujar Vargas pada BBC.

Begitu pula kakaknya, Ashley. Perempuan berusia 30 tahun ini lahir dan tumbuh besar di Ringling. Ia menganggap binatang di Ringling adalah bagian dari keluarga. Pengalaman tersedihnya adalah saat gajah yang ia asuh tak lagi tampil. Sejak pensiun, 13 gajah Asia yang biasa tampil dalam sirkus dirawat di Center for Elephant Conservation, pusat konservasi gajah milik Ringling Bros yang terletak di Florida.

"Hingga sekarang, penampilan terakhirku dengan gajah adalah yang tersulit," ujar Ashley. "Rasanya susah berpisah dengan gajah yang sudah bersamaku sejak mereka lahir. Para gajah itu bagian dari keluargaku."

Begitu pula para penonton. Autumn Luciano, 33, bersedih ketika menonton pertunjukan terakhir Ringling Bros yang diadakan di Nassau Veterans Memorial Coliseum, Uniondale, New York. Semua tiket ludes malam itu. Bagi yang tak bisa datang langsung, pertunjukan terakhir Ringling disiarkan melalui streaming di situsnya.

Autumn amat mencintai sirkus. Ia punya tato tenda sirkus di pergelangan tangannya. Ia rela terbang dari Michigan, tempat tinggalnya yang berjarak 1.100 kilometer dari New York. Ia tak mau sedih karena, ujarnya, sirkus adalah tentang berbahagia.

"Tanpa sirkus, kita kehilangan pertunjukan yang membuat kita paham bahwa manusia bisa melakukan apapun," katanya pada New York Times.

Ejekan dan Melankoli Sirkus

Tentu saja di saat seperti ini ada kelompok yang berusaha meledek para melankolis.

Menurut laporan BBC, para aktivis binatang melakukan demo di luar arena. People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) adalah organisasi yang paling keras mengutuk sirkus. Mereka menuntut kelompok sirkus besar seperti Ringling untuk membebaskan binatang yang bekerja di sirkus.

Pada 2011, tuntutan ini berhasil. Feld Entertainments diharuskan membayar 270.000 dolar ke US Department of Agriculture karena dianggap melanggar Animal Welfare Act. Perusahaan mengaku tidak ada yang salah, namun berjanji untuk menerapkan sistem baru bagi semua kru yang melatih para hewan.

Untuk malam terakhir pertunjukan sirkus ini, para aktivis binatang membentangkan aneka macam poster. Semisal "Kami sukses membuat kalian tutup!" Ada juga poster berbunyi: "Selamat tinggal penyiksa binatang!"

Ketika demo berlangsung di luar, di dalam pertunjukan berlangsung dengan meriah. Namun Alexander Lacey tampil kesedihan yang sukar disamarkan. Pria yang wajah dan gaya rambutnya mirip David Hasselhoff muda ini adalah pawang singa dan harimau. Keluarganya telah membesarkan 11 generasi singa dan 9 generasi harimau di Ringling Bros. Perpisahan tentu adalah hal berat baginya.

"Sejak 15 tahun terakhir, kami telah merawat, memelihara, dan mengembang biakkan kurang lebih 500 singa dan harimau. Bagi kalian yang mencintai binatang sama sepertiku, amatlah penting untuk mendukung orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk para hewan ini. Support good well run service, good well run zoos," ujarnya, yang disambut tepuk tangan penonton.

Setelah pertunjukan usai, para pekerja dan penonton kembali ke hari-hari biasa. Sudah tak ada lagi pertunjukan sirkus akbar di muka bumi ini. Kalaupun ada, ia pasti berubah wujud. Sirkus tak lagi menarik anak-anak. Ia perlahan mati. Diimpit tingginya ongkos produksi dan teriakan garang para aktivis binatang.

Di sisi lain, penulis dari Chicago Tribune seperti Chris Jones yang rutin menulis sirkus sejak lama, melempar pertanyaan penting: apakah hewan-hewan sirkus benar-benar bahagia selepas pensiun dari sirkus? Apakah hewan yang diperlakukan dengan baik oleh manusia, sudah pasti tak bahagia hanya karena ia tampil di sirkus?

Pertanyaan itu tentu tak bisa dijawab oleh manusia. Feld Entertainments tak berkepentingan dengan pertanyaan-pertanyaan itu, sebab mereka mesti mencari jalan agar roda bisnis tetap berputar. Dan sesungguhnya mereka masih jauh dari kehancuran.

Tiga anak perempuan Kenneth akan mengevolusi bisnis pertunjukan di perusahaan mereka. Termasuk memerah Disney on Ice, pertunjukan motor Globe of Steel, dan aneka ria pertunjukan lain. Ringling Bros, menurut Forbes, hanya menyumbang 15 persen dari total pendapatan Feld Entertainments. Nubuat Chris adalah, anak-anak Kenneth akan menampilkan sirkus dalam bentuk lebih modern. Digital, misalkan.

"Gajah dan singa virtual? Itu tak bisa dibayangkan, sih. Tapi seperti dibilang Alana, sirkus Ringling tak akan bisa bertahan selama 146 tahun kalau mereka tak mau berevolusi."

Baca juga artikel terkait SIRKUS atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Zen RS