Menuju konten utama

Kado Manis Sumpah Pemuda dari Ganda Campuran Indonesia

Kabar baik datang satu hari sebelum sumpah pemuda. Praveen/Melati sukses membawa pulang trofi ganda campuran French Open 2019.

Kado Manis Sumpah Pemuda dari Ganda Campuran Indonesia
Pasangan ganda campuran Indonesia Praveen Jordan (kiri) dan Melati Daeva Oktaviati berpelukan seusai mengalahkan ganda campuran China Wang Yi Lyu dan Huang Dong Ping pada laga final Denmark Open 2019 di Odense Sports Park, Denmark, Minggu (20/10/2019). ANTARA FOTO/Nafielah - Humas PP PBSI/hma/hp.

tirto.id - Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti mengharumkan nama Indonesia dari Paris, Perancis, sehari sebelum sumpah pemuda. Atlet bulu tangkis nomor ganda campuran ini sukses jadi nomor satu dalam French Open yang digelar di Stade Pierre de Coubertin, Ahad (27/10/2019) malam waktu setempat.

Praveen/Melati menggenapi prestasi Indonesia yang juga memenangkan gelar ganda putra lewat aksi Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Bertarung melawan ganda campuran peringkat satu BWF (Badminton World Federation), Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, Praveen/Melati tancap gas sejak awal. Mereka sempat unggul 11-9 saat interval, namun lawan berbalik memimpin dan mengunci kemenangan 22-24 pada penghujung set pertama.

“Kami ada kesempatan [menang dua set langsung], tapi akhirnya kehilangan gim pertama,” ujar Praveen setelah pertandingan. Barulah pada gim selanjutnya Praveen/Melati bangkit. Mereka menyudahi set dengan skor 21-16.

Jelang rubber set, Praveen sempat tertangkap kamera menyemangati Melati—yang memang lebih muda—untuk tidak lengah. “Tanggung, setengah set lagi,” teriaknya.

Lecutan semangat itu terbukti mujarab. Keduanya menyikat habis gim terakhir dengan perolehan angka yang begitu telak: 21-12.

Praveen yang tampil energik sepanjang 68 menit pertandingan menjadikan smes tajam sebagai senjata andalan. Sementara Melati, berbekal ketenangannya, memukul telak musuh dengan penempatan bola yang brilian.

“Kami percaya satu sama lain dan tidak menyerah walau ketinggalan lebih dulu,” timpal Melati.

Membungkam Ganda Terbaik Cina Dua Kali Beruntun

Sukses Praveen/Melati di French Open semakin lengkap sebab kemenangan mereka juga diiringi pecahnya berbagai rekor.

Salah satunya, mereka sukses mencatatkan diri sebagai ganda campuran pertama yang mampu menundukkan Zheng/Huang dalam dua turnamen beruntun. Pada gelaran Denmark Open yang dihelat dua pekan lalu, Praveen/Melati mampu menyingkirkan pasangan terbaik dunia ini pada babak perempat final. Pertarungan kala itu juga berlangsung sengit lewat rubber game, dengan perolehan akhir 18-21, 21-16, dan 22-20.

Rekor ini bukanlah hal sederhana; bukan pula sesuatu yang didapat dengan mudah, terlebih jika menimbang fakta bahwa Praveen/Melati sempat dikalahkan Zheng/Huang pada gelaran Korea Open 2019.

Dalam wawancara yang dilansir laman PBSI, Praveen mengaku kekalahan itu masih sulit diterima. Namun, dia dan Melati tidak pernah patah arang dan mencoba membedah kelemahan lawan satu per satu untuk dijadikan pelajaran.

“Dari enam pertemuan [dengan ganda Cina] kami selalu coba melawan, fight terus. Dari enam pertemuan kami coba pelajari celahnya satu per satu,” terang Praveen, menjelaskan betapa dia dan Melati perlu jatuh bangun berulang kali untuk menyamai level Zheng/Huang.

Rekor kedua, kini mereka resmi berpredikat ganda kedua sepanjang sejarah Indonesia yang bisa memenangkan Perancis dan Denmark Open berturut-turut di tahun yang sama. Catatan ini hanya pernah diraih oleh ganda putra legendaris Markis Kido dan Hendra Setiawan 11 tahun lalu.

Kena Sanksi dan Berkali-kali Ketiban Sial

Praveen dan Melati sebenarnya mengawali tahun ini dengan tidak mudah. Dalam tiga turnamen awal yang mereka ikuti sepanjang 2019 (Malaysia Masters, Indonesia Masters, German Open, dan All England) tak sekalipun keduanya menembus final.

Luka itu sedikit terobati saat pasangan ini menembus final India Open 2019, tapi trofi yang kala itu sudah di depan mata kandas. Pada partai final menghadapi pasangan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping, Praveen/Melati kalah tragis 13-21 dan 11-21.

Kekalahan itu bikin Praveen/Melati semakin terpuruk dan tersingkir relatif mudah di Malaysia Open, Singapore Open, dan Badminton Asia Championship 2019.

Keduanya baru bisa memperbaiki rapor dengan menembus final turnamen Super 300, New Zealand Open 2019. Tapi lagi-lagi nestapa mengiringi perjalanan pasangan ini, setelah dikalahkan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final.

Tanda-tanda Dewi Fortuna tak memihak makin terasa setelah di bulan Juni dan Juli Praveen/Melati kembali takluk di dua final. Tepatnya pada Australia Open dan Japan Open. Lagi-lagi dua kekalahan pahit ini dialami keduanya dari pasangan yang sama, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping.

“Saya sama Melati sudah coba semaksimal mungkin,” kata Praveen getir usai kalah.

Jatuh bangun juga sempat dialami pasangan ini di luar lapangan. Pada awal Oktober lalu, pasangan ini bahkan sempat terancam keluar dari proyeksi skuat SEA Games karena Praveen melakukan sejumlah tindakan indisipliner, termasuk membolos latihan.

“Terakhir itu PB pilih Praveen/Melati dan Rinov/Mentari. Tapi kalau kejadiannya seperti ini bisa saja mereka saya coret,” kata pelatih ganda campuran Richard Mainaky seperti dilansir detiksport.

Kesalahan itu kemudian jadi pelajaran besar. Praveen dan Melati, pada akhirnya, keluar dari tekanan dan menjuarai dua turnamen Super 750. Kini, keduanya mengaku tidak akan berhenti berjuang.

Turnamen BWF World Tour Finals 2019 yang bakal dihelat di Ghuangzou 11-15 Desember 2019 mendatang akan jadi target berikutnya. Namun, sebelum sampai ke sana, Praveen/Melati akan terlebih dulu menambah jam terbang dengan berpartisipasi pada China Open awal November nanti.

“Perjalanan masih panjang, kami tidak boleh cepat puas,” kata Praveen.

Baca juga artikel terkait FRENCH OPEN 2019 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino