Menuju konten utama

Isu Laut Cina Selatan Bisa Tak Disambut Ramah di KTT ASEM

Pembicaraan terkait isu Laut Cina Selatan tidak akan disambut baik dalam pertemuan antara pemimpin negara Asia-Eropa (ASEM) di Mongolia pada 12 Juli mendatang, sebab ASEM merupakan kegiatan untuk membicarakan sejumlah isu antara ASIA dan Eropa. 

Isu Laut Cina Selatan Bisa Tak Disambut Ramah di KTT ASEM
ilustrasi Laut Cina Selatan.Foto/Shutterstock

tirto.id - Asisten Menteri Luar Negeri Cina Kong Xuanyou mengisyaratkan pembicaraan terkait Laut Cina Selatan dalam pertemuan para pemimpin negara Asia-Eropa tidak akan disambut baik. Dikarenakan, kegiatan yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali tersebut dirancang untuk membicarakan sejumlah isu antara Asia dengan Eropa.

"Pertemuan para pemimpin ASEM bukanlah tempat yang pantas untuk membicarakan Laut China Selatan. Tidak ada rencana untuk membicarakannya disana dalam agenda pertemuan. Dan itu seharusnya tidak dicantumkan dalam agendanya," kata Kong.

Padahal, pertemuan Asia-Eropa atau ASEM yang dijadwalkan akan dilaksanakan di Mongolia itu akan menjadi pertemuan diplomatis multirateral pertama setelah keputusan pengadilan arbitrasi 12 Juli mendatang terkait perselisihan antara Cina dengan Filipina terkait Laut Cina Selatan.

Ketegangan dan retorika mengenai Laut Cina Selatan telah meningkat sebelum keputusan dikeluarkan di Den Haag, Belanda. Sementara itu, Beijing menilai pengadilan di Deen Haag tersebut tidak memiliki wewenang dan Cina tidak dapat dipaksa untuk menerima resolusi konflik tersebut.

Cina telah berulang kali menyalahkan Amerika Serikat karena menyebabkan permasalahan di Laut Cina Selatan, dimana klaim teritorial mereka bertabrakan dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan.

Meskipun demikian, para diplomat di Beijing yang terlibat dalam persiapan ASEM mengatakan bahwa tidak dapat dipungkiri isu Laut Cina Selatan akan diangkat dalam pertemuan itu, yang diperkirakan akan dihadiri oleh Perdana Menteri China Li Keqiang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Sementara itu, Amerika Serikat telah melaksanakan sejumlah patroli kebebasan bernavigasi di dekat sejumlah pulau yang dikuasai oleh Cina dan menyebabkan Cina marah, sementara pihak Cina telah meningkatkan keberadaan militernya di lokasi itu.

Kong mengatakan bahwa jika terdapat ketegangan di Laut Cina Selatan itu dikarenakan oleh adanya sejumlah negara di luar wilayah itu yang melakukan ajang unjuk kekuatan dan ikut campur.

"Tidak ada alasan untuk membawa isu Laut Cina Selatan dalam pertemuan ASEM ini dengan mengacu kepada kebebasan bernavigasi dan kepentingan keamanan sebagai penyebab kekhawatiran. Itu tidak memiliki landasan," tambah Kong.

Warga Filipina diminta "tidak berbicara politik" Sebelum dikeluarkannya keputusan, warga negara Filipina yang ada di Cina pada akhir pekan ini menerima pesan singkat dari kedutaan mereka, memperingatkan mereka untuk tidak berbicara mengenai politik di publik dan untuk menghindari keterlibatan dalam diskusi di media sosial. Mereka disarankan untuk membawa paspor dan izin tinggal mereka setiap saat dan untuk menghubungi kedutaan atau pihak kepolisian Cina jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Cina mengatakan kebanyakan pembangunan dan reklamasi yang mereka lakukan di Laut Cina Selatan adalah untuk keuntungan komunitas internasional, termasuk bagi navigasi maritim sipil.

Baca juga artikel terkait HUKUM

tirto.id - Hukum
Sumber: Antara
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh