Menuju konten utama

Everest Renggut Tiga Nyawa Pendaki dan Satu Korban Hilang

Peristiwa ini menjadi salah satu kejadian paling mematikan di puncak Everest sejak longsoran salju melanda base camp yang membunuh 18 orang pada dua tahun lalu.

Everest Renggut Tiga Nyawa Pendaki dan Satu Korban Hilang
Pendakian ke puncak Mount Everest. Foto/Shutterstock

tirto.id - Sebanyak tiga pendaki meninggal dan satu orang hilang di Everest pada akhir pekan lalu, seperti yang telah dikonfirmasi pihak berwenang, Senin (22/5/2017). Peristiwa ini menjadi salah satu kejadian paling mematikan di puncak Everest sejak longsoran salju melanda base camp yang membunuh 18 orang pada dua tahun lalu.

Selain itu, seperti dikutip Antara, belasan pendaki juga diselamatkan dari pegunungan setinggi 8.848 meter itu dalam tiga hari terakhir, setelah mengalami kesulitan saat mencoba mencapai puncak, kata operator helikopter penyelamat mengungkapkan.

Kematian pada akhir pekan tersebut disiniyalir berhubungan dengan penyakit ketinggian. Dengan demikian, tiga pendaki yang meninggal pekan lalu menambah jumlah korban meninggal menjadi lima dalam musim yang dilanda cuaca tidak menentu, angin kencang, serta suhu dingin yang tidak biasa.

“Pendaki asal Slowakia Vladimir Strba ditemukan meninggal di Everest pada Minggu (21/5/2017), beberapa ratus meter dari puncak,” kata Kamal Parajuli dari Departemen Pariwisata Nepal.

Ketika meninggal dia ditemukan berada di atas marka 8.000 meter – dikenal sebagai “zona kematian” di pegunungan tersebut, sebuah area yang juga merenggut nyawa pendaki Amerika Roland Yearwood.

Zona kematian itu terkenal dengan medan yang sulit dan udara tipis, di mana kadar rendah oksigen menambah risiko penyakit ketinggian.

“Roland Yearwood, 50, dari Georgiana, Alabama, meninggal di gunung pada hari yang sama, namun rincian lainnya tidak diketahui secara langsung,” kata Murari Sharma dari agen ekspedisi Parivar Everest, yang berbasis di Kathmandu, ibu kota Nepal.

Seorang pendaki asal Australia juga meninggal di wilayah Tibet, demikian lapor media setempat, yang mengutip Tibet Mountaineering Association.

Pendaki berusia 54 tahun asal Queensland bernama Francesco Marchetti tersebut dilaporkan terkena penyakit ketinggian setelah mencapai 7.500 meter, dia meninggal saat berusaha turun.

Sementara itu, satu pendaki lainnya asal India, Ravi Kamar, menghilang sejak Sabtu sejak dia kehilangan kontak tidak lama setelah sampai ke puncak. Pemandunya yang berasal dari Nepal ditemukan tidak sadarkan diri di Kamp 4, tepat di bawah 8.000 meter, dan menderita radang dingin (frostbite).

Sebuah tim penyelamat dari tiga Sherpa telah terbang dengan helikopter ke Camp 2, dari mana mereka mendaki gunung, untuk membantu mencari pendaki yang hilang tersebut.

Dikutip dari The Guardian, Departemen Pariwisata Nepal mengeluarkan catatan 371 izin tahun ini kepada orang-orang untuk mendaki gunung. Meningkatnya jumlah pendaki tahun ini kemungkinan besar karena banyak orang tidak mampu mendaki pada 2014 dan 2015.

Pendakian musim 2015 ditutup setelah 19 pendaki tewas dan 61 terluka oleh longsoran salju di base camp yang dipicu oleh gempa besar. Pada tahun 2014, sebuah longsoran salju di esai Khumbu menewaskan 16 pemandu.

Pendaki yang memiliki izin untuk musim 2014 diizinkan untuk menerima izin penggantian gratis sampai 2019, sementara pendaki dengan izin 2015 hanya diberikan sampai tahun ini. Pendaki biasanya harus membayar 11.000 dolar AS kepada pemerintah Nepal untuk mendapatkan izin.

Baca juga artikel terkait GUNUNG EVEREST atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari