Menuju konten utama

Beda Sinterklas dan Santa Klaus serta Kaitannya dengan Natal

Sinterklas dan Santa Klaus sering diasosiasikan dengan sosok yang sama. Namun, berdasar sejarah, ada perbedaan di antara keduanya.

Beda Sinterklas dan Santa Klaus serta Kaitannya dengan Natal
Ilustrasi sinterklas. foto/istockphoto

tirto.id - Sinterklas atau santa klaus merupakan ikon yang identik dengan Natal. Sosok ini digambarkan sebagai orang tua dengan topi dan pakaian merah tebal, berkumis, berjanggut putih, serta gemar membawa keceriaan, terutama bagi anak-anak.

Sosok sinterklas atau santa klaus telah dikenal di berbagai penjuru dunia. Sosoknya selalu hadir pada perayaan Natal di berbagai negara. Namun, mengapa ia muncul di perayaan Natal?

Sejarah Kemunculan Sinterklas atau Santa Klaus

Sosok sinterklas atau santa klaus yang kini identik dengan perayaan natal berasal dari mitos yang berkembang di berbagai belahan dunia. Namun demikian, sosok ini adalah tokoh yang terilhami dari kisah di tokoh besar di kehidupan nyata, yakni Saint Nicholas.

St. Nicholas Center mencatat bahwa Saint Nicholas adalah uskup yang hidup pada abad ke-4 masehi di Myra, Asia Minor; kota kecil yang pada masanya merupakan bagian dari Yunani. Saat ini, kawasan itu masuk wilayah Turki.

Nicholas dikenal di seluruh negeri karena kemurahan hatinya kepada mereka yang membutuhkan, kasihnya kepada anak-anak, dan perhatiannya kepada para pelaut di tempat tinggalnya.

Hidup Nicholas penuh dengan kebaikan, hingga hari kematiannya, pada 343 M tanggal 6 Desember, dijadikan hari perayaan. Perayaan kematian Nicholas tersebut dilakukan untuk mengenang sekaligus menghidupkan kisah-kisah kebaikan dan kemurahan hatinya.

Adapun bentuk perayaan yang merupakan wujud penghormatan kepada Nicholas adalah tradisi memberi hadiah kepada anak-anak.

Kisah dan tradisi ini kemudian menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Belanda. Di Belanda, orang-orang mengenal Saint Nicholas atau Santo Nicholas dengan sebutan sinterklaas.

Masyarakat Belanda merayakan Hari Saint Nicholas pada malam tanggal 5 Desember. Mereka berbagi permen, cokelat, dan hadiah kecil. Perayaan serupa juga berlangsung di Belgia, Jerman, dan Polandia.

Dalam perkembangannya, tradisi serupa juga sampai ke Amerika, terutama masa pendudukan Belanda di benua baru tersebut.

Melalui jalur sastra di negeri Paman Sam, kisah sinterklas digubah dengan sematan nama baru: Santa Clauss–turunan langsung dari sinterklaas. Nama Santa Clauss kemudian menjadi populer hingga sekarang, dan menjadi sebutan lain dari Sinterklas.

Perbedaan Sinterklas dengan Santa Klaus

Meski hadir pada momentum yang sama, Sinterklas dan Santa Klaus memiliki perbedaan, jika dirunut dari sejarah dan perkembangannya.

Mengutip laman I Amsterdam, Sinterklas merupakan pewujudan Saint Nicholas, seorang santo yang merupakan penolong dan pelindung anak-anak, serta dihormati sejak berabad-abad silam.

Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya, tokoh ini berkaitan dengan tanggal 6 Desember yang dimaknai sebagai hari besar untuk mengenang Saint Nicholas.

Sementara itu, Santa Klaus merupakan karakter campuran antara Sinterklas, Saint Nicholas, dan Father Christmas yang berkembang di Inggris. Karakter ini kemudian menjadi populer di berbagai penjuru dunia. Adapun hari besar bagi Santa Klaus adalah saat malam natal atau 24 Desember.

Hubungan Sinterklas atau Santa Klaus dengan Natal

Keterkaitan antara Sinterklas atau Santa Klaus dengan perayaan Natal tidak terlepas dari perkembangan kisahnya, terutama di dunia sastra Amerika Utara. Tepatnya, setelah tradisi perayaan Saint Nicholas menyebar di sana.

Menukil penjelasan dari situs Sinterklaas Hudson Valley, karakter Santa Klaus tercatat muncul pertama kali dalam karya Washington Irving, penulis asal New York, terbitan 1809. Irving menyematkan unsur peri (elf) yang ceria pada diri Santa Klaus, beserta rokok pipanya.

Selain itu, pada 1822, seorang profesor bahasa alkitab dari Seminari Teologi Umum Episkopal New York, Clement Moore, menulis A Visit from St. Nicholas.

Dalam karyanya, Moore menggambarkan Santa yang berkendara dengan kereta luncur yang ditarik oleh delapan rusa kutub dan turun ke cerobong asap setiap rumah untuk memberi hadiah pada malam natal.

Adapun Ensiklopedi Gereja (2005) menyebutkan bahwa figur Sinterklas yang membawa hadiah pada malam Natal merupakan sekularisasi tokoh Saint Nicholas. Dalam perkembangannya, penggambaran dari kisah-kisah Sinterklas atau Santa Klaus tersebut memengaruhi tradisi perayaan Natal di banyak negara.

Baca juga artikel terkait NATAL atau tulisan lainnya dari Syaima Sabine Fasawwa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syaima Sabine Fasawwa
Penulis: Syaima Sabine Fasawwa
Editor: Addi M Idhom