Deindustrialisasi menjadi isu yang bergulir selama dekade terakhir. Pelbagai pemerintahan mencoba mengangkat kinerja industri termasuk pemerintahan Presiden Jokowi. Sayangnya kinerja industri makin tahun kian menurun.
Keberhasilan konversi minyak tanah ke LPG ternyata memunculkan permasalahan baru. Penggunaannya yang terus meningkat ternyata menimbulkan masalah pasokan di kemudian hari. Termasuk juga masalah subsidi LPG yang semakin membebani.
Pertamina mampu mencetak rekor laba di tengah jatuhnya harga minyak. Namun, bukan berarti Pertamina kini sudah bersiap bertempur di pasar global. Banyak hal yang masih harus dibenahi Pertamina, terutama soal kekuatan brand.
Dua tahun terakhir bukanlah waktu yang mudah bagi perusahaan migas, termasuk Pertamina. Anjloknya harga minyak memberikan tantangan tersendiri, dan butuh penanganan tepat agar perusahaan tidak kolaps. Bagaimana Pertamina menghadapinya?