Menuju konten utama

Stadion Final Liga Champion 2023 & Alasan City Jadi Tim Kandang

Profil Stadion Olimpiade Ataturk, stadion final Liga Champion 2023. Apa alasan Man City Jadi Tim Kandang di final UCL 2023 & bagaimana aturan jersey?

Stadion Final Liga Champion 2023 & Alasan City Jadi Tim Kandang
Stadion Olimpiade Istanbul (Stadion Olimpiade Ataturk) di Turki. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Final Liga Champion (UCL) 2022/2023 antara Manchester City vs Inter Milan bakal berlangsung di Stadion Olimpiade Ataturk, Istanbul, Turki, Minggu (11/6/2023) dini hari pukul 02.00 WIB. Mengulang 18 tahun silam, Stadion Olimpiade Ataturk bakal kembali menjadi saksi pertemuan tim Inggris vs Italia. Man City akan menjadi tuan rumah meski stadion berstatus tempat netral. Apa bedanya?

Pertemuan Man City vs Inter Milan di final Liga Champion 2023 bakal menjadi perjumpaan menarik bagi kedua tim. Sejarah bakal diburu Manchester City yang ingin meraih trofi si Kuping Besar untuk pertama kalinya, sekaligus membayar tuntas kegagalan Pep Guardiola dan City di final UCL 2020/2021 silam.

Selain itu, 1 kemenangan bagi The Citizens juga bakal menjadi pelengkap 2 gelar domestik mereka. Jika menang nanti, Man City akan menyamai torehan treble milik sang tetangga Manchester United 1998/1999 silam.

Sementara kubu Inter kini mengejar gelar UCL ke-4 sepanjang sejarah mereka. Final nanti bakal menjadi kesempatan ke-6 bagi Il Biscione. 3 keberhasilan telah direngkuh Inter. Terakhir mereka membawa pulang trofi UCL 2009/2010 silam sekaligus menjadi treble bagi Inter saat itu.

Final Liga Champion 2023 di Stadion Olimpiade Ataturk Istanbul

Stadion Olimpiade Ataturk Turki bukan tempat biasa. Stadion itu telah menjadi tempat monumental salah satu final paling bersejarah dalam kompetisi UCL. Pada 2005 silam, sebuah peristiwa bernama Miracle of Istanbul terjadi di stadion tersebut, saat Liverpool yang dipimpin Rafael Benitez, dengan cara heroik mengalahkan AC Milan yang masih ditangani Carlo Ancelotti.

Dalam final itu, AC Milan unggul 3 gol lebih dulu di babak pertama. Gol Milan dicetak Paulo Maldini (1), serta sepasang aksi Hernan Crespo (39, 44). Dalam sebabak, il Diavolo Rosso telah berada di ambang podium juara.

Namun hal tak biasa tercipta memasuki interval ke-2. Liverpool yang semula lesu berbalik mengamuk. Hanya butuh 6 menit, 3 gol digelontorkan kubu The Reds, masing-masing oleh Steven Gerrard (54), Vladimir Smicer (56), dan Xabi Alonso (60). Kedudukan 3-3 bertahan hingga babak tambahan.

Liverpool lantas menuntaskan keajaiban di babak adu tos-tosan. 3 dari 4 eksekutor The Reds sukses menjalankan tugas. Sedangkan, 3 dari 5 eksekutor Milan gagal memasukan bola. Termasuk salah satu penalti paling dikenang, saat kiper Liverpool Jerzy Dudek menepis tendangan Andriy Shevchenko, bintang Milan kala itu.

Tak ayal Stadion Olimpiade Ataturk dan Turki menjadi tempat yang akan selalu diagung-agungkan fans Liverpool. Seperti yang termaktub dalam sepenggal lirik chant Allez-Allez-Allez, gubahan milik Kopites –sebutan fans Liverpool--.

“We’ve conquered all of Europe, we’re never going to stop, from Paris down to Turkey, we won the f***ing lot,” sepenggal lirik Allez-Allez-Allez fans Liverpool.

Pada akhirnya dendam Milan atas Liverpool terbalas saat final UCL 2007. Rossoneri berbalik menaklukkan Liverpool di Athena dengan skor 2-1. Memori Miracle of Istanbul mungkin saja kali ini akan mendarat manis untuk fans Inter maupun City.

Profil & Fakta Stadion Final Liga Champion 2023

Stadion Olimpiade Ataturk tempat final UCL 2022/2023 dibangun 1999 silam dan diresmikan pada 2002. Stadion tersebut mulanya memiliki kapasitas sekitar 80 ribu penonton, namun kapasitas itu sedikit dikurangi menjadi sekitar 74 ribu hingga saat ini.

Pada 2004 silam, stadion ini mendapat predikat bintang 5 dari UEFA. Dan kemudian stadion ini menjadi tempat final UCL 2005. Nama Ataturk memiliki kesamaan dengan pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk.

Menilik gaya bangunan, Stadion Olimpiade Ataturk berbeda dengan mayoritas stadion di Eropa. Stadion ini masih menggunakan lintasan atletik, sejalan dengan misi Turki saat itu yang ingin mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2008. Meski hingga kini, misi itu urung tercapai.

Bentuk atap Stadion Olimpiade Ataturk cukup ikonis. Atap hanya melingkupi 2 sisi tribun. Sedangkan tribun di 2 bagian curva atau tribun belakang gawang dibiarkan terbuka tanpa atap.

Stadion Olimpiade Ataturk telah 2 kali batal menjadi stadion final UCL. Pertama pada 2019/2020 silam, UEFA memindahkan laga puncak UCL ke Stadion Da Luz, Lisbon, bersamaan dengan situsi Covid-19, meski penunjukan Stadion Olimpiade Ataturk telah dilakukan sejak 2018 silam. Final saat itu mempertemukan PSG vs Bayern Munchen yang digelar tanpa penonton.

Setahun kemudian, stadion ini kembali direncanakan menjadi tempat final 2020/2021. Lagi-lagi, situasi Covid-19 di Turki yang saat itu sedang kencang kembali membuat UEFA mengurungkan niat. Final pada akhirnya digeser ke Stadion do Dragao, Porto, saat Chelsea mengandaskan Manchester City di partai puncak. Bedanya final kali ini telah dihadiri penonton.

UEFA kemudian membayar utang dengan kembali memberikan slot final UCL 2022/2023 kepada Stadion Olimpiade Ataturk. Final yang akan mempertemukan Manchester City dengan Inter Milan pada 11 Juni 2023 nanti.

Alasan City Jadi Tim Kandang di Final UCL 2023

Meski final UCL 2022/2023 digelar di tempat netral, namun Manchester City akan bertindak sebagai tuan rumah. Sedangkan Inter bakal berstatus sebagai tim tamu. Sebenarnya tidak ada pembeda signifikan dari perbedaan status kedua tim di laga itu.

Penunjukan Man City sebagai tuan rumah juga tak otomatis memiliki pendukung lebih banyak. Melansir laman UEFA, konferederasi sepak bola Eropa itu memberikan kuota jumlah tiket yang sama bagi kedua kubu. Dari 72 ribu tiket, fans City mendapat alokasi 20 ribu, pun fans Inter sebanyak 20 ribu tiket. Sisanya, tiket dijual untuk penonton umum.

Satu hal yang menjadi pembeda status ini ialah pemilihan jersey. 2 tim tersebut kebetulan sama-sama berseragam biru. Andai salah satu tim harus mengganti jersey, Man City berhak untuk tetap menggunakan jersey kebesaran berwarna biru langit. Sedangkan Inter terpaksa mengalah.

Hanya saja, wacana lain muncul. Media Italia, Gazzetta dello Sport menyebut jika Inter mengusulkan tetap menggunakan jersey home berwarna biru-hitam. Usulan itu kemudian menunggu persetujuan dari UEFA. Inter menilai, warna jersey kedua tim –meski sama-sama biru—namun masih terlihat kontras.

Hal yang sama pun sebenarnya pernah terjadi 2020/2021 silam saat final Man City vs Chelsea. Kedua tim berwarna biru itu tetap menggunakan jersey home. City biru langit dan Chelsea biru gelap. Besar kemungkinan jika Inter akan tetap menggunakan jersey biru-hitam dan City tetap memakai kostum biru langit.

Pemilihan jersey memang tak bisa dipandang sepele. Masalah ini kerap dipandang menjadi salah satu faktor pembawa hoki. AC Milan misalnya, yang lebih sering menggunakan jersey away berwarna putih, alih-alih tetap memakai merah-hitam saat final UCL.

Maglia fortunata, fans Milan menyebut keberuntungan jersey putih di final UCL. 6 dari 7 gelar pun direngkuh Milan saat menanggalkan warna rossoneri (merah hitam). Bahkan Milan menggunakan jersey putih di final UCL 2003 silam, meski lawannya saat itu Juventus menggunakan jersey hitam-putih.

Namun Inter sebenarnya tak memiliki keterikatan warna jersey sekental kubu AC Milan. Inter pernah meraih gelar juara UCL dengan warna jersey berbeda. Warna putih dipakai Inter saat meraih gelar UCL 1965 silam. 2 gelar lain 1964 dan 2010, direngkuh saat Inter memakai biru-hitam sebagai jubah juara.

Baca juga artikel terkait LIGA CHAMPION atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Fitra Firdaus