Gelombang pencari suaka dan pengungsi terus berlangsung, dan Indonesia kerap menjadi negara rujukan. Para pengungsi datang dari Afghanistan, Somalia, Sudan, Myanmar, Pakistan, Kongo, dan Srilanka. Umumnya, mereka lari dari tekanan suasana perang di negaranya.
Januari 2018, Otoritas Imigrasi Jakarta mencatat 155 pencari suaka dan 69 pengungsi ditampung di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. Bangunan yang sebenarnya dibuat untuk penampungan sementara para pelanggar administrasi keimigrasian (Immigratoir), bukan untuk menampung pencari suaka dan pengungsi.
Immigratoir, pencari suaka, dan pengungsi menghuni 5 blok di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta yang idealnya hanya menampung 120 orang. Mereka mengisi sel-sel sempit dan lorong di antara sel. Dinding sel dan lorong dipenuhi baju dan tas yang mereka bawa selama pelarian. Mereka tidur di lantai dengan kasur lipat tipis yang tebalnya kira-kira 3 cm.
Meski tidak layak, mereka lebih memilih penampungan ketimbang harus pulang ke negara asal mereka yang penuh konflik.
Foto & Teks: Arimacs Wilander
Januari 2018, Otoritas Imigrasi Jakarta mencatat 155 pencari suaka dan 69 pengungsi ditampung di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. Bangunan yang sebenarnya dibuat untuk penampungan sementara para pelanggar administrasi keimigrasian (Immigratoir), bukan untuk menampung pencari suaka dan pengungsi.
Immigratoir, pencari suaka, dan pengungsi menghuni 5 blok di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta yang idealnya hanya menampung 120 orang. Mereka mengisi sel-sel sempit dan lorong di antara sel. Dinding sel dan lorong dipenuhi baju dan tas yang mereka bawa selama pelarian. Mereka tidur di lantai dengan kasur lipat tipis yang tebalnya kira-kira 3 cm.
Meski tidak layak, mereka lebih memilih penampungan ketimbang harus pulang ke negara asal mereka yang penuh konflik.
Foto & Teks: Arimacs Wilander