Indeks Minyak Sawit

Minyak sawit tak hanya menjadi penyumbang devisa, di sisi lain punya dampak pada kerusakan hutan dan aspek sosial.

Sekitar 70 persen perusahaan sawit di Indonesia belum kantongi ISPO. Padahal pada 2020 bakal menjadi syarat mutlak negara-negara Eropa.

Pilihan menggantungkan hidup dari sektor perkebunan sawit di Malaysia mulai ditinggalkan para pencari kerja asal Indonesia. Krisis nilai tukar Ringgit salah satu penyebabnya dan merembet pada defisit tenaga kerja perkebunan di Negeri Jiran.

Pemanfaatan biomassa dari minyak kelapa sawit dan kompos sebagai pelengkap penggunaan energi industri pulp dan kertas nasional bisa menghemat biaya industri sampai Rp13,23 trilliun atau sekitar 10-20 persen.

Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia harus membayar mahal dengan berkurangnya luas hutan. Hal ini juga berdampak pada habitat satwa liar. Namun sawit tak bisa dipungkiri telah memegang kendali ekonomi, dan terus mencengkeram.

Produsen minyak sawit resah melihat prospek ekspor minyak sawit Indonesia di pasar dunia selama 2016 masih dibayangi dengan ketidakpastian.

Prancis akan memberlakuan pajak impor progresif minyak kelapa sawit. Produk yang mengandung palm oil, palm kernel oil, dan coconut oil akan dikenakan pajak progresif. Indonesia dan malaysia merasa peratuan tersebut bersikap diskriminatif karena tidak diterapkan terhadap produk nabati yang dihasilkan Eropa. Kontribusi industri minyak sawit terhadap perekonomian Indonesia cukup signifikan.