Menuju konten utama

Pandemi COVID-19, Bayern Munchen Tak Ubah Taktik di Bursa Transfer

Menghadapi bursa transfer musim panas dalam situasi keuangan klub terpengaruh pandemi COVID-19, Bayern Munchen tetap memilih pendekatan biasa.

Pandemi COVID-19, Bayern Munchen Tak Ubah Taktik di Bursa Transfer
Para pemain Bayern Munich merayakan kemenangan 4-0 atas Hertha Berlin dalam pertandingan Liga Jerman yang dimainkan Berlin, Minggu (19/1/2020). (ANTARA/AFP/RONNY HARTMANN)

tirto.id - Direktur Olahraga Bayern Munchen, Hasan Salihamidzic, mengatakan bahwa klubnya tak akan terpengaruh dengan pandemi Corona (COVID-19) dalam urusan pembelian pemain di bursa transfer. Sebaliknya, Salihamidzic menyentil situasi di bursa transfer selama ini yang dianggapnya "absurd".

Pandemi COVID-19 berpengaruh besar dalam perubahan di dunia sepak bola. Berbaga kompetisi elite Eropa harus tertunda selama dua sampai tiga bulan. Bahkan di beberapa negara seperti Perancis dan Belanda, liga musim 2019/2020 dihentikan.

Liga-liga yang kembali bergulir, seperti Liga Jerman, digelar tanpa penonton. Praktis, tak ada pemasukan bagi klub dari sektor tiket masuk.

Klub hanya mengandalkan pendapatan dari hak siar dan subsidi. Sementara, pengeluaran klub, termasuk pembelian pemain pada bursa transfer musim panas mendatang, mesti terus dilakukan.

Solusi untuk klub-klub dalam bursa transfer mendatang adalah barter pemain atau pembelian dengan harga yang terjangkau. Terkait hal ini, Hasan Salihamidzic menekankan, Bayern Munchen selama ini selalu bertindak wajar dalam berburu pemain.

Sebaliknya, ia melihat bursa transfer belakangan terkesan absurd dengan angka pembelian pemain yang makin melangit.

“Sebelum adanya virus corona, selalu ada situasi konyol di pasar transfer. Saya hanya bisa bicara soal FC Bayern. Selama ini kami selalu bertindak secara wajar meski dalam situasi yang panas. Hal itu akan tetap kami lakukan di bursa transfer nanti,” kata Salihamidzic dikutip situs web resmi klub.

8 dari 10 transfer pemain tertinggi di dunia sepak bola terjadi dalam kurun waktu 2017 hingga 2019. Yang terbesar adalah Neymar, dibeli PSG dari Barcelona sebesar 222 juta euro pada 2017, diikuti Kylian Mbappe (seharga 135 juta euro) pada 2018, dan Joao Felix (seharga 126 juta euro) pada 2019.

Dari daftar 50 pemain dengan transfer termahal, hanya ada satu yang berasal dari Bundesliga, yaitu ketika Theo Hernandez dibeli Bayern dari Atletico Madrid seharga 80 juta euro pada 2019.

Ini menandakan, klub-klub Bundesliga lebih memilih tidak mengikuti jejak klub-klub dari Liga Inggris, Spanyol, Italia, dan PSG dalam membeli pemain dengan harga sangat mahal.

“Kami tidak akan mengubah pandangan kami soal sepak bola, prinsip keuangan yang kami lakukan, dan bagaimana cara kami menyikapi bursa transfer. Selalu ada kesempatan yang terbuka ketika krisis sedang terjadi," kata Salihamidzic menambahkan.

Adanya pandemi COVID-19 diakui Salihamidiz akan memberikan banyak tantangan baru di dunia sepak bola. Termasuk solidaritas antar klub. Misalnya yang dilakukan Bayern, Borussia Dortmund, Bayer Leverkusen, dan RB Leipzig yang patungan untuk membantu keuangan klub-klub kompetisi Liga Jerman di divisi yang lebih bawah beberapa waktu lalu.

“Di Bayern, kami punya kultur untuk tidak lupa akan mereka yang mengalami situasi buruk meski tim meraih kemenangan. Empati, solidaritas, dan dukungan menjadi poin kami. Virus corona akan memberikan kami banyak ujian ke depannya. Tapi kami di FC Bayern sudah siap menghadapi tantangan tersebut," terangnya.

Untuk bursa transfer musim panas mendatang, Bayern sejauh ini baru memastikan kedatangan Alexander Nubel dari Schalke. Kiper muda tersebut sepakat bergabung sejak Januari lalu karena kontraknya di kubu Veltins Arena habis akhir musim ini.

Sedangkan dari personel lawas, Bayern sudah berhasil mendapatkan tanda tangan perpanjangan kontrak dari beberapa pemain, yaitu Manuel Neuer, Thomas Muller, hingga Alphonso Davies.

Baca juga artikel terkait LIGA JERMAN atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Fitra Firdaus