Menuju konten utama

Manchester United vs PSG dari Kacamata Nostalgia Laurent Blanc

Laurent Blanc mempunyai kisah bersama Manchester United dan Paris Saint-Germain. Kini, kedua klub tersebut akan bertanding di babak 16 besar Liga Champions Eropa

Manchester United vs PSG dari Kacamata Nostalgia Laurent Blanc
Pelatih Paris Saint Germain (PSG), Laurent Blanc. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Manchester United dan Paris Saint-Germain belum pernah sekali pun saling pukul di ajang resmi. Kedua tim baru akan berhadapan, Rabu (13/2/2019) dini hari nanti. Sekalinya bertemu, panggungnya kelewat penting: babak knock-out Liga Champions Eropa.

Kendati tidak pernah bertemu di ajang resmi, United dan PSG sama-sama punya irisan melalui sesosok manusia bernama Laurent Blanc.

Bagi Blanc, PSG bukanlah klub asing. Mantan kapten timnas Prancis itu pernah menjadi pelatih PSG selama tiga musim, dari 2013 hingga 2016. Dalam periode tersebut, ia berhasil membawa PSG meraih banyak gelar. Jumlahnya ada 11, tiga di antaranya adalah gelar Ligue 1 yang diraih secara berturut-turut.

Sayangnya, prestasi demi prestasi yang dihasilkan Blanc tak menghindarkannya dari pemecatan. Juragan PSG ingin meraih gelar Liga Champions Eropa, tapi Blanc gagal memenuhinya. Pada akhir musim 2015-2016, ia lantas dipecat dengan cara -- yang menurutnya -- “brutal”.

Namun, Blanc tetap mensyukurinya.

“Aku mengalami tiga tahun yang luar biasa dengan klub ini [PSG],” kata Blanc pada Desember 2016. “Ingat, saat aku datang, banyak yang berpikir bahwa aku hanya akan bertahan dalam waktu enam sampai delapan bulan. Akhirnya, aku bertahan di sana selama tiga tahun yang, sejauh pengetahuanku, berjalan dengan baik.”

Yang menarik, kisah Blanc di PSG itu ternyata sangat kontras dengan kisahnya di United. Meski hanya berada di Manchester selama dua musim, musim 2001-2002 dan 2002-2003, Blanc tidak berpisah dengan Setan Merah secara brutal. Malahan, selain mampu menutup karier manisnya sebagai pemain bola dengan meraih gelar Premier League musim 2002-2003, karakter Blanc sebagai pelatih bisa dibilang mulai dibentuk di Manchester.

Kala itu, ia banyak belajar dari Sir Alex Ferguson, pelatih legendaris Setan Merah.

Kesayangan Sir Alex Ferguson

“Saat itu aku masih bermain untuk Axuerre dan Eric [Cantona] meneleponku lalu mengatakan, ‘Kamu akan bermain untuk United. Alex [Ferguson] akan menghubungimu besok pagi. Kami akan membuat kesepakatan.’ Aku menjawab, ’Kita mempunyai masalah besar. Aku baru saja menjadi pemain Barcelona.’”

Pengakuan Laurent Blanc itu merupakan bagian dari tulisan Matt Dickinson di The Times. Kejadian aslinya sudah sangat lama, yakni pada musim panas 1996 silam. Kala itu, karena terlalu ngebet untuk mendapatkan Lauren Blanc, Ferguson sampai meminta bantuan Cantona, rekan senegara Blanc. Sayangnya, Ferguson terlambat. Blanc sudah memilih bergabung dengan Barcelona.

Meski demikian, Ferguson ternyata tidak pernah menyerah untuk mendapatkan jasa Blanc. Dan setelah Blanc sempat bermain untuk Marseille dan Inter, Ferguson akhirnya berhasil mendapatkan Blanc pada 2001 silam.

Mengapa Ferguson begitu menginginkannya? Sederhana. Sebagai seorang bek tengah, ia keren, berkarakter seperti seorang bangsawan, dan mempunyai kecerdasan. Julukannya pun adiluhung: “Le President”.

Di United, Blanc bermain dalam 75 pertandingan. Jumlah pertandingan itu jelas bisa menjadi bukti bahwa Ferguson benar-benar mengakui kualitas Banc. Kala itu usia Blanc sudah menginjak 35 tahun. Ia tidak segesit sebelumnya tapi kecerdasannya ternyata tidak berkurang sedikit pun. Ferguson tidak meragukannya. Hasilnya: Blanc mampu membawa United meraih gelar Premier League musim 2002-2003.

Yang menarik, hubungan antara Blanc dan Ferguson kemudian menjadi simbiosis mutualisme. Ferguson untung, pun demikian Blanc. Jika Blanc mampu mempersembahkan gelar untuk United, berkat Ferguson, Blanc bisa mengerti bagaimana caranya menjadi seorang pelatih hebat.

“Aku bermain untuk banyak klub tapi tidak ada yang seperti ini. Kebanyakan dari klub-klub itu hanya menjalankan bisnis. Karena bos [Sir Alex Ferguson], United sangat berbeda,” kenang Blanc. “Dalam manajemen hubungan personal merupakan segalanya. Anda tidak bisa bilang, “Aku gurunya dan kalian adalah muridnya.’ Anda harus memperhatikan para pemain atau Anda akan kehilangan mereka. Anda mungkin akan memenangkan pertandingan, tetapi itu tidak bisa terjadi selamanya.”

Kandidat Manajer di Old Trafford

Pada musim 2013-2014 lalu, Setan Merah tampil berantakan di bawah asuhan David Moyes. Mereka babak belur di Premier League juga gagal total di Liga Champions Eropa. Moyes pun akhirnya dipecat jauh lebih cepat dari masa kontraknya. Dan salah satu petinggi United lantas menghubungi Laurent Blanc.

“Aku mendapatkan telepon dari direktur [United], aku tidak akan mengatakan siapa orangnya dan apa yang kami diskusikan,” kata Blanc. “Tapi aku berada di Paris jadi sangat sulit bagiku untuk pergi. Aku sangat dekat untuk menjadi pelatih United saat itu, tapi mereka akhirnya memilih Louis van Gaal.”

Setelah kejadian itu, Blanc memang tidak pernah berhubungan lagi dengan Setan Merah. Namun, saat United memecat Jose Mourinho pada Desember 2018, namanya kembali dikaitkan dengan Setan Merah. Sekali lagi, pekerjaan itu tidak menjadi milikinya. United lebih memilih Ole Gunnar Solskjaer untuk menjadi pelatih sementara.

Meski begitu, kesempatan Blanc untuk bergabung dengan Setan Merah sama sekali belum tertutup. Meski mempunyai peluang untuk dipertahankan, durasi kontrak Solskjaer hanya berlangsung pada akhir musim. Blanc sendiri mengaku bahwa Inggris merupakan sasaran utamanya untuk mengakhiri masa penganggurannya sejauh ini.

Lantas, apakah ia akan berlabuh di United?

Entah. Yang jelas, Blanc ikut memuji kiprah Solskjaer bersama United sejauh ini. “Ole mampu menunjukkan apa yang aku maksud, bahwa manajemen adalah tentang manusia. Ia menyuruh mereka bermain, bersenang-senang. Dia tahu betul bagaimana United semestinya.”

Baca juga artikel terkait LIGA CHAMPIONS atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Agung DH