Menuju konten utama

Apa Itu Poverty Porn dan Perbedaannya dengan Flexing?

Jika flexing adalah pamer kekayaan, poverty porn adalah menampakkan kemiskinan untuk mendulang simpati.

Apa Itu Poverty Porn dan Perbedaannya dengan Flexing?
Bocah kurang gizi terbaring di tempat tidur rumah sakit di kota pelabuhan Houdieda, Laut Merah, Yaman, Jumat (9/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Abduljabbar Zeyad/djo/16

tirto.id - Istilah poverty porn merupakan kebalikan dari flexing. Jika flexing adalah pamer kekayaan, poverty porn adalah menampakkan kemiskinan untuk mendulang simpati. Lantas, apa pengertian dan perbedaan antara kedua istilah tersebut?

Di Indonesia, kita kerap menyaksikan bagaimana kemiskinan dieksploitasi untuk merebut simpati publik. Sebut saja cerita mahasiswa miskin yang bisa kuliah di universitas favorit, pemuda fakir yang menjelma menjadi pengusaha sukses, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, novel dan cerita fiksi populer juga kerap menggambarkan bagaimana bocah miskin yang berjuang keras, bertarung melawan rintangan hebat hingga menjadi sukses. Cerita-cerita tersebut kerap menjadi primadona dan mendulang sukses besar-besaran.

Kisah kemiskinan diolah dan dipertontonkan secara vulgar untuk menaikkan rating. Lebih parah lagi, banyak berita, lagu, konten, atau cerita kemiskinan diproduksi untuk menarik donasi dari masyarakat.

Inilah yang dikenal sebagai poverty porn. Dalam bahasa Inggris, poverty artinya kemiskinan. Pornografi kemiskinan yang dipertontonkan untuk menstimulasi emosi publik.

Sejarah dan Asal Kata Poverty Porn

Konsep poverty porn mulai muncul pada tahun 1980-an. Masa-masa itu dikenal sebagai "golden age of charity campaigns". Banyak organisasi amal nirlaba memasang foto-foto kemiskinan di Afrika untuk menarik simpati publik.

Beberapa dari kita bisa jadi belum lupa bagaimana foto anak-anak kelaparan, busung lapar, atau orang tua kurus kering dipampangkan di brosur donasi.

Tidak hanya itu, bahkan pada 1985, salah satu lagu paling populer adalah "We Are The World" yang diciptakan Michael Jackson dan Lionel Richie. Lagu tersebut merupakan kampanye untuk menarik donasi bagi Afrika.

Impresi dari poverty porn seakan-akan orang-orang berkulit putih hidup berkecukupan, menjadi pahlawan bagi orang-orang berkulit hitam di Afrika yang kelaparan. Lebih lanjut lagi, poverty porn menjadi fenomena yang kerap dijustifikasi untuk menarik sumbangan.

Kendati poverty porn sangat membantu untuk menaikkan donasi, namun para kritikus ekonomi menyatakan bahwa poverty porn menyimplifikasi isu tersebut dan tidak menyelesaikan masalah kemiskinan secara struktural.

Pengertian Flexing dan Perbedaannya dari Poverty Porn

Sebaliknya, flexing adalah memamerkan kekayaan untuk menampilkan persona sebagai orang berkecukupan.

Saat ini, fenomena flexing kerap ditemui di media sosial, yang mana orang-orang memamerkan kondisi terbaik mereka.

Lebih lanjut lagi, flexing kerap dilekatkan pada orang-orang yang berpura-pura kaya, padahal tidak benar-benar memiliki kekayaan tersebut.

Asal mula konsep flexing berasal dari bahasa gaul masyarakat kulit hitam untuk "menunjukkan keberanian" atau "pamer" sejak tahun 1990-an.

Istilah tersebut secara khusus juga digunakan oleh rapper Ice Cube melalui lagunya yang berjudul "It Was a Good Day" pada tahun 1992.

Kemudian, pada 2014, kata flex kembali populer berkat lagu "No Flex Zone" karya Rae Sremmurd. Kata flex dari judul lagu tersebut diartikan sebagai area untuk orang-orang yang santai, menjadi diri sendiri, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda.

Kesimpulannya, kata flexing digunakan untuk menggambarkan orang yang suka memamerkan kekayaan yang sebenarnya tidak mereka miliki.

Arti lainnya menunjukkan bahwa flexing berarti tindakan orang yang palsu, memalsukan, atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan.

Baca juga artikel terkait POVERTY PORN atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom