Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Sejumlah kapal mulai meninggalkan pangkalan Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Dermaga Madura Ujung Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur, 13 September lalu. Mereka bergerak menuju perairan Laut Jawa.
Pengerahan kapal-kapal tersebut adalah bagian puncak dari latihan TNI AL yang diberi sandi "Armada Jaya XXXIV/2016" yang menggabungkan seluruh komponen sistem senjata armada terpadu (SSAT) TNI AL. Tujuannya, meningkatkan kemampuan profesionalisme prajurit matra laut.
Pada latihan puncak kali ini, TNI AL mengerahkan kekuatan sebanyak 39 KRI berbagai jenis, delapan pesawat udara, pasukan marinir dengan persenjataaan Howitzer, roket multitalers, tank dari Komando Tugas Amfibi (Kogasfib), Komando Tugas Pendaratan Administrasi (Kogasratmin), Komando Tugas Pertahanan (Kogashantai) dan Pasukan Pendarat.
Presiden Joko Widodo selaku Panglima Tertinggi TNI ikut menyaksikan jalannya latihan dari geladak kapal KRI Banjarmasin-592 yang berlayar di Perairan Laut Jawa. Presiden menyaksikan penembakan roket anti kapal selam jenis RBU 6000 oleh empat KRI jenis Parchim, penembakan senjata anti kapal permukaan menggunakan senjata meriam berbagai kaliber, penembakan rudal C-705 ke permukaan dari kapal cepat rudal KRI Clurit-641 dan peluncuran torpedo dari KRI Ajak-653.
Di hari ketiga, Presiden mengamati kendaraan tempur amfibi bergerak dari arah laut menuju daratan dengan menembakkan peluru kendali. Seluruh tank amfibi itu berhasil menjangkau daratan dan melakukan simulasi pelumpuhan pasukan di darat.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian latihan operasi pendaratan amfibi oleh Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir. Lebih dari 7.000 personel TNI AL terlibat dalam kegiatan yang digelar di Pantai Banongan, Kecamatan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur tersebut.
Selain Presiden, latihan tersebut juga disaksikan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.
Foto dan Teks: M Risyal Hidayat
Pengerahan kapal-kapal tersebut adalah bagian puncak dari latihan TNI AL yang diberi sandi "Armada Jaya XXXIV/2016" yang menggabungkan seluruh komponen sistem senjata armada terpadu (SSAT) TNI AL. Tujuannya, meningkatkan kemampuan profesionalisme prajurit matra laut.
Pada latihan puncak kali ini, TNI AL mengerahkan kekuatan sebanyak 39 KRI berbagai jenis, delapan pesawat udara, pasukan marinir dengan persenjataaan Howitzer, roket multitalers, tank dari Komando Tugas Amfibi (Kogasfib), Komando Tugas Pendaratan Administrasi (Kogasratmin), Komando Tugas Pertahanan (Kogashantai) dan Pasukan Pendarat.
Presiden Joko Widodo selaku Panglima Tertinggi TNI ikut menyaksikan jalannya latihan dari geladak kapal KRI Banjarmasin-592 yang berlayar di Perairan Laut Jawa. Presiden menyaksikan penembakan roket anti kapal selam jenis RBU 6000 oleh empat KRI jenis Parchim, penembakan senjata anti kapal permukaan menggunakan senjata meriam berbagai kaliber, penembakan rudal C-705 ke permukaan dari kapal cepat rudal KRI Clurit-641 dan peluncuran torpedo dari KRI Ajak-653.
Di hari ketiga, Presiden mengamati kendaraan tempur amfibi bergerak dari arah laut menuju daratan dengan menembakkan peluru kendali. Seluruh tank amfibi itu berhasil menjangkau daratan dan melakukan simulasi pelumpuhan pasukan di darat.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian latihan operasi pendaratan amfibi oleh Pasukan Pendarat (Pasrat) Marinir. Lebih dari 7.000 personel TNI AL terlibat dalam kegiatan yang digelar di Pantai Banongan, Kecamatan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur tersebut.
Selain Presiden, latihan tersebut juga disaksikan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, KSAL Laksamana TNI Ade Supandi dan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.
Foto dan Teks: M Risyal Hidayat