Menjelang bulan suci Ramadhan masyarakat di tanah Jawa menggelar tradisi Nyadran sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur mereka, Jakarta, Jumat (3/1/2024).
Menjelang bulan suci Ramadhan masyarakat di tanah Jawa menggelar tradisi Nyadran sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur mereka, Jakarta, Jumat (3/1/2024). Tradisi yang telah dijalankan oleh para leluhur ini menurut sejarah merupakan akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Tradisi nyadran merupakan budaya mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di kampung halaman.
Melansir dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, istilah nyadran sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu ‘sraddha’ yang berarti keyakinan.
Tradisi ini juga menjadi sarana melestarikan budaya gotong royong sekaligus untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Tak heran jika hingga saat ini, nyadran menjadi salah satu tradisi yang masih dianggap penting bagi masyarakat Jawa.
Setiap wilayah di Jawa juga memiliki ragam tradisi Nyadran yang dilakukan sesuai dengan kearifan lokal yang ada di daerahnya. Seperti masyarakat Jawa yang ada di Soropadan, Pringsurat, Temanggung, Jawa Tengah, mereka melakukan Nyadran Suroloyo Sepujud dengan menggelar doa bersama dan membawa makanan dengan wadah yang terbuat dari batang bambu.
Sementara, di Sendang Pucung Gede, Semarang, Jawa Tengah melakukan tradisi dengan penyembelihan 135 ekor ayam dan menguras serta membersihkan mata air tersebut dilakukan setiap tahun pada Jumat Pahing berdasarkan penanggalan Jawa sebagai simbol pembersihan diri.