The Panturas adalah empat pemuda yang tumbuh di Jatinangor, sebuah kawasan dataran tinggi, yang menaruh cinta pada lautan, pantai, dan musiknya.
Dari namanya, yang merupakan plesetan dari band favorit mereka, The Ventures, kita bisa membayangkan bagaimana kuartet ini tipikal anak-anak muda yang bodor, suka menertawakan hidup, sekaligus genial. The Panturas bisa jadi adalah salah satu nama band terbaik yang muncul dalam satu dekade terakhir, sebuah nama yang berhasil menggambarkan identitas musik mereka dengan tepat guna.
Bagi banyak orang, termasuk saya, The Panturas dikenal karena album perdana mereka, Mabuk Laut, yang dirilis pada 2018. Album itu berhasil memberikan bayangan ideal bagaimana jika surf rock dimainkan oleh musisi Indonesia, dengan kecintaan terhadap muatan lokal. Mulai dari cinta sepanjang durasi ala pelaut, hingga metafora bus kota tua yang dilambangkan sebagai gurita kota —besar dan menyemprotkan tinta hitam. Semua adalah ode terhadap kehidupan maritim.
Album kedua, Ombak Banyu Asmara (2021) adalah penegasan tentang apa yang mereka mulai tiga tahun sebelumnya. Banyak wet reverb, lick-lick Arab dan Timur Tengah, tema laut, dan kehidupan urban. Waktu dan panggung demi panggung semakin menajamkan mereka sebagai pelaut yang mahir membaca arah angin dan rasi bintang.
Sebagai band yang tumbuh di era digital, titimangsa yang penuh aral bagi para musisi, The Panturas juga termasuk lihai berselancar di atas ombak kancah musik Indonesia. Mereka sadar bahwa begitu banyak rilisan setiap minggu, band baru yang bermunculan, dan karenanya mereka harus terus membuat sesuatu. Maka kita bisa melihat bagaimana The Panturas dan tim membuat persona digital mereka, merilis merch yang jadi kegemaran banyak penggemar, dan membuat tur di berbagai titik.
Di satu sisi, sebagai sebuah band yang tahu value dan amat menjunjung akar, mereka juga yakin terhadap apa yang mereka suka dan buat. EP terbaru mereka, yang akan rilis pada Jumat (22 November 2024) adalah salah satu buktinya.
Kami merasa terhormat kuartet Jatinangor dan salah satu unit rock terdepan era kiwari ini mau mampir di studio kami yang sederhana. Tiga jam tak terasa, terisi oleh obrolan hangat, mengudap buah matoa, tawa hangat,dan dipungkasi dengan empat lagu yang mereka bawakan.
Hadirin pemirsa yang berbahagia, The Panturas!
Dari namanya, yang merupakan plesetan dari band favorit mereka, The Ventures, kita bisa membayangkan bagaimana kuartet ini tipikal anak-anak muda yang bodor, suka menertawakan hidup, sekaligus genial. The Panturas bisa jadi adalah salah satu nama band terbaik yang muncul dalam satu dekade terakhir, sebuah nama yang berhasil menggambarkan identitas musik mereka dengan tepat guna.
Bagi banyak orang, termasuk saya, The Panturas dikenal karena album perdana mereka, Mabuk Laut, yang dirilis pada 2018. Album itu berhasil memberikan bayangan ideal bagaimana jika surf rock dimainkan oleh musisi Indonesia, dengan kecintaan terhadap muatan lokal. Mulai dari cinta sepanjang durasi ala pelaut, hingga metafora bus kota tua yang dilambangkan sebagai gurita kota —besar dan menyemprotkan tinta hitam. Semua adalah ode terhadap kehidupan maritim.
Album kedua, Ombak Banyu Asmara (2021) adalah penegasan tentang apa yang mereka mulai tiga tahun sebelumnya. Banyak wet reverb, lick-lick Arab dan Timur Tengah, tema laut, dan kehidupan urban. Waktu dan panggung demi panggung semakin menajamkan mereka sebagai pelaut yang mahir membaca arah angin dan rasi bintang.
Sebagai band yang tumbuh di era digital, titimangsa yang penuh aral bagi para musisi, The Panturas juga termasuk lihai berselancar di atas ombak kancah musik Indonesia. Mereka sadar bahwa begitu banyak rilisan setiap minggu, band baru yang bermunculan, dan karenanya mereka harus terus membuat sesuatu. Maka kita bisa melihat bagaimana The Panturas dan tim membuat persona digital mereka, merilis merch yang jadi kegemaran banyak penggemar, dan membuat tur di berbagai titik.
Di satu sisi, sebagai sebuah band yang tahu value dan amat menjunjung akar, mereka juga yakin terhadap apa yang mereka suka dan buat. EP terbaru mereka, yang akan rilis pada Jumat (22 November 2024) adalah salah satu buktinya.
Kami merasa terhormat kuartet Jatinangor dan salah satu unit rock terdepan era kiwari ini mau mampir di studio kami yang sederhana. Tiga jam tak terasa, terisi oleh obrolan hangat, mengudap buah matoa, tawa hangat,dan dipungkasi dengan empat lagu yang mereka bawakan.
Hadirin pemirsa yang berbahagia, The Panturas!