Indeks Bisnis Para Jenderal
Beda Tahiya dengan Selle dan Sose
Keterlibatan perwira dalam bisnis bukan hal baru. Tak hanya di zaman Orde Baru atau di masa sekarang. Bahkan di masa pergolakan tahun 1950-an, lebih liar dibanding sekarang. Seorang kapten atau mayor, bisa lebih kaya dari perwira atasannya.
Blak-blakan Jenderal Slamet "Berbisnis" dengan Aguan dan TW
Brigjen TNI (Purn) Slamet Singgih membuat buku memoar yang mengisahkan berbagai pengalamannya selama bertugas di dunia intelijen hingga menjadi staf ahli Menteri ESDM. Slamet tak segan bercerita tentang kedekatannya dengan Aguan, bos Agung Sedayu Group, dan Tomy Winata. Termasuk memaparkan bagaimana beberapa pengusaha meminta bantuannya demi melancarkan bisnis mereka.
Ketika Para Jenderal (Terpaksa) Mencari "Sampingan"
Keberadaan para jenderal purnawirawan dalam posisi elite sebuah entitas bisnis sudah muncul sejak era 1960-an. Ada permintaan, ada penawaran. Entitas bisnis membutuhkan kehadiran pak jenderal. Sementara pak jenderal juga diuntungkan karena bayarannya yang cukup menggiurkan.
"Uang Pensiun Saya Sebagai Jenderal Rp4,5 Jutaan"
Para jenderal terpaksa berbisnis ataupun menjadi komisaris setelah purna. Pilihan itu diambil salah satunya karena uang pensiun yang sangat kecil. Bagaimana sebenarnya?