Suara tifa rancak bertalu-talu, sementara kaki-kaki penduduk Sentani lincah menari di atas perahu, sementara itu sebagian peserta yang lain memegang panah sambil berseru. Langit biru dan air danau yang menghijau mengemas adegan itu dengan sempurna.
Festival Danau Sentani memasuki tahun ke-IX di tahun 2016. Festival tahunan berbasis budaya, adat istiadat dan pesona alam itu berlangsung selama lima hari. Pada tahun ini, Festival Danau Sentani mengangkat tema Satu Dalam Keanekaragaman meraih Kejayaan.
Sebanyak 24 kampung dari 21 pulau yang ada di Danau Sentani menjadi partisipan. Festival ini menghadirkan berbagai adat istiadat yang telah lama ada di kehidupan warga Danau Sentani. Sejumlah perhelatan tradisional seperti tarian perang, panahan tradisional dan lomba perahu, hingga kerajinan tangan khas Papua seperti noken dan hiasan ukiran diperkenalkan kepada masyarakat luas, dan wisatawan lewat festival ini.
Namun yang paling menjadi ciri khas festival danau Sentani adalah Isolo. Tarian ini merupakan tarian yang melambangkan kerukunan antarsuku. Warga menari, bersorak, dan menabuh tifa mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukur di atas perahu serta membawa hasil bumi mereka seperti pisang, ubi, serta hasil buruan seperti babi.
Festival Danau Sentani menjadi destinasi wisata tahunan. Tak hanya wisatawan asing dan domestik yang menjadi sasarannya, warga sekitar Sentani hingga Jayapura pun mendatangi festival itu. Namun tidak dipungkiri, suku-suku yang hidup di Sentani semakin mengikuti jaman, peperangan antar suku semakin sedikit, dan profesi masyarakat yang dulu hidup dari menangkap ikan dan berburu kini sebagian dari mereka bekerja di kantor dan selanjutnya.
Pada akhirnya festival ini mengingatkan para pengunjungnya untuk kembali kepada kearifan lokal.
Foto dan Teks: Rosa Panggabean
Festival Danau Sentani memasuki tahun ke-IX di tahun 2016. Festival tahunan berbasis budaya, adat istiadat dan pesona alam itu berlangsung selama lima hari. Pada tahun ini, Festival Danau Sentani mengangkat tema Satu Dalam Keanekaragaman meraih Kejayaan.
Sebanyak 24 kampung dari 21 pulau yang ada di Danau Sentani menjadi partisipan. Festival ini menghadirkan berbagai adat istiadat yang telah lama ada di kehidupan warga Danau Sentani. Sejumlah perhelatan tradisional seperti tarian perang, panahan tradisional dan lomba perahu, hingga kerajinan tangan khas Papua seperti noken dan hiasan ukiran diperkenalkan kepada masyarakat luas, dan wisatawan lewat festival ini.
Namun yang paling menjadi ciri khas festival danau Sentani adalah Isolo. Tarian ini merupakan tarian yang melambangkan kerukunan antarsuku. Warga menari, bersorak, dan menabuh tifa mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukur di atas perahu serta membawa hasil bumi mereka seperti pisang, ubi, serta hasil buruan seperti babi.
Festival Danau Sentani menjadi destinasi wisata tahunan. Tak hanya wisatawan asing dan domestik yang menjadi sasarannya, warga sekitar Sentani hingga Jayapura pun mendatangi festival itu. Namun tidak dipungkiri, suku-suku yang hidup di Sentani semakin mengikuti jaman, peperangan antar suku semakin sedikit, dan profesi masyarakat yang dulu hidup dari menangkap ikan dan berburu kini sebagian dari mereka bekerja di kantor dan selanjutnya.
Pada akhirnya festival ini mengingatkan para pengunjungnya untuk kembali kepada kearifan lokal.
Foto dan Teks: Rosa Panggabean