Menuju konten utama

Pesan Untuk "Penista Agama"

Sebelum akhirnya kalimat "Penista Agama" tertera pada spanduk disejumlah masjid di Jakarta, persoalanya telah melambung dalam gegap gempita Pilgub DKI Jakarta 2017. Spanduk di masjid-masjid itu menyuratkan pesan untuk tak memilih pimpinan non muslim. Jika tidak, tak berhak dishalati jenazahnya di masjid.

Pesan Untuk
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Jami' Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_6883.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Al Jihad, Kelurahan Karet, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_7317.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim terpampang di samping Jl Petamburan, Jakarta. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_7331.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim terpampang di samping Mushola Al-Muqorrobah, Petamburan, Jakarta. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_7300.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim terpampang di depan Masjid Jami' Al-Islah, Petamburan, Jakarta.. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_7319.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim terpampang di samping Jl Petamburan, Jakarta. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_6967.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Jami' Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_6917.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Jami' Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/13/DSC_8000copy.jpg
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Jami' Darussalam, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/12/DSC_6899.JPG
Spanduk menolak menyolatkan jenazah pemilih pemimpin non muslim dipasang di depan Masjid Al Jihad, Kelurahan Karet, Jakarta Selatan. Tirto.id/Andrey Gromico
2017/03/13/DSC_6785copy.jpg
Neneng, memegang foto almarhum Hindun di rumahnya Jl. Karet Karya, Jakarta Selatan. Warga menolak menyolatkan jenazah Hindun di mushola karena keluarganya pendukung calon gubernur non muslim. TIrto.id/Andrey Gromico
Sebelum akhirnya kalimat "Penista Agama" tertera pada spanduk disejumlah masjid di Jakarta, persoalanya telah melambung dalam gegap gempita Pilgub DKI Jakarta 2017. Spanduk di masjid-masjid itu menyuratkan pesan untuk tak memilih pemimpin non muslim. Jika tidak, tak berhak dishalati jenazahnya di masjid.

Spanduk yang sebagian spacenya juga bertuliskan rujukan Al-Maidah; 51, jadi triger tersendiri bagi banyak orang yang menafsirkan bahwa Islam tak seyogyanya memilih "orang kafir" sebagai orang yang "dikontrak" untuk memimpin Jakarta.

Dua kata; "Penista Agama" dalam spanduk disejumlah masjid di Jakarta ini punya penekanan semiotis tersendiri. Kalau tak hurufnya berwarna mencolok, ukuran hurufnya dibuat besar. Seolah ada penekanan pesan yang saklek, dan tidak bisa tidak harus diikuti. Jika memilih pemimpin kafir, jelas tak bisa dishalatkan jenazahnya di masjid, setidaknya di masjid yang menempelkan spanduk provokatif itu.

Setelahnya, babakan baru peristiwa pilu muncul. Nenek Hindun adalah umat Islam yang akhirnya menanggung pesan spanduk provokatif itu. Nenek Hindun, korban polemik spanduk bertuliskan "Masjid ini Tidak Mensholatkan Jenazah Pendukung & Pembela Penista Agama". Islam namun pilihan politiknya dalam Pilgub Jakarta dianggap pemimpin kafir, tak bisa dimandikan jenazahnya di masjid.

Foto Foto; Andrey Gromico
Baca juga artikel terkait FOTO-TIRTO atau tulisan lainnya

Editor: Arimacs Wilander