Sederet ruang sempit saling bersebelahan di area pertokoan di Pasar baru, Jakarta Pusat, mencuri perhatian. Ruang sempit itu sekira 4x5 meter persegi saja. Tiap ruangnya tiga hingga empat orang tengah sibuk dengan memodifikasi perhiasan. Cincin, gelang, juga kalung.
Mereka yang tengah sibuk itu adalah para penyempu perhiasan. Ditangan mereka, perhiasan imitasi tampak terlihat asli. Cemerlang, berbalut emas dan tak jarang perak.
Keterampilan mereka, acapkali digemari para ibu-ibu atau bapak-bapak yang ingin memiliki perhiasan emas, namun hanya mampu membeli yang imitasi. Untuk bisa menyempuh dengan emas atau perak, para konsumenya tak perlu merogoh kantong dalam-dalam. Tiap gramnya, Rp. 50.000 – Rp. 80.000.
Para pengerajin sempu emas ini tak didukung alat yang modern. Mereka menggunakan kikir, bor api kecil, mikroskop, dan sejumlah alat pedukung manual yang nyaris tak tersentuh teknologi mutakhir. Bagi mereka, kuncinya adalah ketrampilan.
Teks & Foto; Arimacs Wilander
Mereka yang tengah sibuk itu adalah para penyempu perhiasan. Ditangan mereka, perhiasan imitasi tampak terlihat asli. Cemerlang, berbalut emas dan tak jarang perak.
Keterampilan mereka, acapkali digemari para ibu-ibu atau bapak-bapak yang ingin memiliki perhiasan emas, namun hanya mampu membeli yang imitasi. Untuk bisa menyempuh dengan emas atau perak, para konsumenya tak perlu merogoh kantong dalam-dalam. Tiap gramnya, Rp. 50.000 – Rp. 80.000.
Para pengerajin sempu emas ini tak didukung alat yang modern. Mereka menggunakan kikir, bor api kecil, mikroskop, dan sejumlah alat pedukung manual yang nyaris tak tersentuh teknologi mutakhir. Bagi mereka, kuncinya adalah ketrampilan.
Teks & Foto; Arimacs Wilander