Kebijakan Perusahan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo) yang menaikkan tarif sewa lahan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, membuat sejumlah pelaku usaha di kawasan tersebut melakukan aksi mogok. Perum Perindo menaikkan tarif sewa lahan sebesar 450 %. Semula tarif sebesar Rp 236 juta per hektar per tahun menjadi Rp 1,5 miliar per hektar per tahun. Mulai Senin (10/10), sejumlah pelaku usaha di Pelabuhan Muara Baru menghentikan kegiatan operasionalnya karena kebijakan tersebut.
Aksi mogok ini akan berjalan hingga satu bulan kedepan jika tidak ada kesepakatan antara pelaku usaha yang tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Muara Baru (P3MB), Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN) dan Himpunan Nelayan Purse Sein Nusantara (HNPN), dengan Perum Perindo. Ada 85.000 orang yang terlibat dalam mogok kerja ini mulai dari pengusaha, nelayan, anak buah kapal, hingga pekerja pabrik pengolahan ikan.
Aksi mogok tersebut membuat kawasan Pelabuhan Muara Baru lumpuh seperti kota mati. Seluruh pintu gudang dan pabrik pengolahan ikan kosong dan tertutup. Hanya ada spanduk yang bertuliskan "Kami Tutup Oprerasional" yang dipasang di depan gerbang.
Ratusan kapal hanya bersandar di pelabuhan tanpa aktivitas bongkar muat. Sejauh mata memandang tidak terlihat lalu lalang kapal di perairan sekitar Pelabuhan. Jalanan dermaga yang biasanya penuh dengan kendaraan pengangkut hasil tangkapan kapal kini terlihat lenggang. Para nelayan juga duduk santai di dermaga dan warung di sekitar Pelabuhan. Selain itu, pasar ikan yang biasanya selalu ramai dan sibuk, kini mendadak sepi.
Lumpuhnya aktivitas Pelabuhan Muara Baru jelas membuat pasokan ikan terhenti. Dan pasti berdampak luas bagi industri perikanan di Indonesia . Dampak sosialnya, akan banyak tenaga kerja yang menganggur jika permasalahan ini tidak segera teratasi.
Foto dan Teks: Andrey Gromico
Aksi mogok ini akan berjalan hingga satu bulan kedepan jika tidak ada kesepakatan antara pelaku usaha yang tergabung dalam Paguyuban Pengusaha Muara Baru (P3MB), Asosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN) dan Himpunan Nelayan Purse Sein Nusantara (HNPN), dengan Perum Perindo. Ada 85.000 orang yang terlibat dalam mogok kerja ini mulai dari pengusaha, nelayan, anak buah kapal, hingga pekerja pabrik pengolahan ikan.
Aksi mogok tersebut membuat kawasan Pelabuhan Muara Baru lumpuh seperti kota mati. Seluruh pintu gudang dan pabrik pengolahan ikan kosong dan tertutup. Hanya ada spanduk yang bertuliskan "Kami Tutup Oprerasional" yang dipasang di depan gerbang.
Ratusan kapal hanya bersandar di pelabuhan tanpa aktivitas bongkar muat. Sejauh mata memandang tidak terlihat lalu lalang kapal di perairan sekitar Pelabuhan. Jalanan dermaga yang biasanya penuh dengan kendaraan pengangkut hasil tangkapan kapal kini terlihat lenggang. Para nelayan juga duduk santai di dermaga dan warung di sekitar Pelabuhan. Selain itu, pasar ikan yang biasanya selalu ramai dan sibuk, kini mendadak sepi.
Lumpuhnya aktivitas Pelabuhan Muara Baru jelas membuat pasokan ikan terhenti. Dan pasti berdampak luas bagi industri perikanan di Indonesia . Dampak sosialnya, akan banyak tenaga kerja yang menganggur jika permasalahan ini tidak segera teratasi.
Foto dan Teks: Andrey Gromico