Bandung berselimut mendung di pengujung 1952. Sebuah peti jenazah tiba di Kota Kembang diiringi ratusan orang yang menampakkan roman berduka, melepas kepergian seorang tokoh terkemuka masyarakat Sunda untuk selama-lamanya, Raden Otto Iskandardinata.
Tidak ada jenazah Otto di dalam peti mati itu. Hanya ada pasir dan air laut yang diambil dari kawasan pesisir Mauk, Tangerang, Banten, sebagai pengganti jenazah. Keberadaan jasad Si Jalak Harupat, julukan untuk Otto, memang tidak pernah diketahui di mana. Penyebab dan proses kematiannya pun masih diselubungi teka-teki, bahkan setelah 65 tahun berlalu.
Tidak ada jenazah Otto di dalam peti mati itu. Hanya ada pasir dan air laut yang diambil dari kawasan pesisir Mauk, Tangerang, Banten, sebagai pengganti jenazah. Keberadaan jasad Si Jalak Harupat, julukan untuk Otto, memang tidak pernah diketahui di mana. Penyebab dan proses kematiannya pun masih diselubungi teka-teki, bahkan setelah 65 tahun berlalu.