Jalan raya rusak berat. Selepas hujan, permukaan jalan menampung air yang bercampur tanah. Anak-anak itu, bertumpu pada sepatu-sepatu mungil mereka, berupaya menjaga keseimbangan agar tidak tergelincir dan seragam merah putihnya tetap bersih sampai tiba di kelas. Sebagian dari mereka diantar orangtua, sebagian sudah ada yang mengendarai motor sendiri. Semua menuju tempat yang sama: SDN 1 Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Sekolah mereka.
Pukul 08.00 lonceng berbunyi. Seluruh siswa masuk kelas, kecuali siswa kelas 3. Mereka tidak bisa masuk kelas lantaran ruang kelas mereka rawan roboh sejak dua tahun lalu. Kondisi itu memaksa mereka belajar di selasar depan ruang guru, tanpa meja dan kursi. Keadaan hampir sama juga dialami oleh siswa kelas 4. Mereka memang bisa belajar di kelas, namun di atas lantai yang remuk dan berdebu. Retakan porselen menganga, menunggu telapak kaki yang sedang sial. Bangkai kursi dan meja berserak di dalam kelas. Maka jangan heran murid kelas 3 dan 4 kerap mengeluhkan punggungnya pegal, mereka harus menulis dengan membungkuk selama kelas berlangsung. Beberapa murid yang capek membungkuk memilih tengkurap untuk mempermudah menulis.
SDN Sukasasi 1 sebenarnya memiliki tujuh ruang kelas. Namum kondisi tiga ruang kelas benar-benar bobrok. Selama dua tahun tiga kelas itu tidak pernah diperbaiki. Plafon atap kelas jebol, kaca jendela pecah, dinding-dinding rontok, kursi dan meja menjadi peternakan rayap. Gambar lusuh para pahlawan dan Garuda Pancasila di dinding menatap bisu. Senyum Joko Widodo dan Jusuf Kalla di foto yang di pajang di depan kelas tak membuat suasana kelas jadi lebih baik. Seakan negara sudah lama sekali meninggalkan kelas ini, gedung sekolah ini.
Ruang kelas 6 kini menjadi gudang tempat menyimpan bangkai-bangkai kursi dan meja.
Guru kelas 6, Pak Damyati, mengatakan bahwa kondisi sekolah itu sudah berkali-kali disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Tapi sejak tahun 2014 proposal perbaikan diajukan, sampai sekarang belum ada kejelasan. Selain upaya mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan, upaya lain juga sudah dilakukan. Sekolah pernah meminta bantuan lembaga amal dan swasta. Namun hasilnya masih nihil sampai saat ini.
SDN 1 Sukasari merupakan satu dari sekian banyak potret miris pendidikan di Indonesia. Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, masih banyak gedung-gedung sekolah yang reyot. Pada tahun 2015 tercatat ada 117.087 ruang kelas Sekolah Dasar rusak. Dari jumlah tersebut 49.074 di antaranya rusak berat dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Foto dan Teks: Andrey Gromico
Pukul 08.00 lonceng berbunyi. Seluruh siswa masuk kelas, kecuali siswa kelas 3. Mereka tidak bisa masuk kelas lantaran ruang kelas mereka rawan roboh sejak dua tahun lalu. Kondisi itu memaksa mereka belajar di selasar depan ruang guru, tanpa meja dan kursi. Keadaan hampir sama juga dialami oleh siswa kelas 4. Mereka memang bisa belajar di kelas, namun di atas lantai yang remuk dan berdebu. Retakan porselen menganga, menunggu telapak kaki yang sedang sial. Bangkai kursi dan meja berserak di dalam kelas. Maka jangan heran murid kelas 3 dan 4 kerap mengeluhkan punggungnya pegal, mereka harus menulis dengan membungkuk selama kelas berlangsung. Beberapa murid yang capek membungkuk memilih tengkurap untuk mempermudah menulis.
SDN Sukasasi 1 sebenarnya memiliki tujuh ruang kelas. Namum kondisi tiga ruang kelas benar-benar bobrok. Selama dua tahun tiga kelas itu tidak pernah diperbaiki. Plafon atap kelas jebol, kaca jendela pecah, dinding-dinding rontok, kursi dan meja menjadi peternakan rayap. Gambar lusuh para pahlawan dan Garuda Pancasila di dinding menatap bisu. Senyum Joko Widodo dan Jusuf Kalla di foto yang di pajang di depan kelas tak membuat suasana kelas jadi lebih baik. Seakan negara sudah lama sekali meninggalkan kelas ini, gedung sekolah ini.
Ruang kelas 6 kini menjadi gudang tempat menyimpan bangkai-bangkai kursi dan meja.
Guru kelas 6, Pak Damyati, mengatakan bahwa kondisi sekolah itu sudah berkali-kali disampaikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Tapi sejak tahun 2014 proposal perbaikan diajukan, sampai sekarang belum ada kejelasan. Selain upaya mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan, upaya lain juga sudah dilakukan. Sekolah pernah meminta bantuan lembaga amal dan swasta. Namun hasilnya masih nihil sampai saat ini.
SDN 1 Sukasari merupakan satu dari sekian banyak potret miris pendidikan di Indonesia. Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur, masih banyak gedung-gedung sekolah yang reyot. Pada tahun 2015 tercatat ada 117.087 ruang kelas Sekolah Dasar rusak. Dari jumlah tersebut 49.074 di antaranya rusak berat dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Foto dan Teks: Andrey Gromico
Baca juga artikel terkait FOTO-TIRTO atau tulisan lainnya
tirto.id - Pendidikan
Editor: Andrey Gromico