Mendengarkan Mantra Vutura adalah sebuah pengembaraan mencari banyak jawaban ke tanah penuh warna.
Sebermula, “Solar Labyrinth” menjadi perkenalan. Kemudian single demi single meluncur. Hingga Human meluncur di 2019. Dari “Intro” saya, saya sudah terkesiap. Ketukan perkusi ritmis, dilapisi dengan bangunan synth tebal dan atmosferik. Kemudian ada “Bank of the River”, yang menggandeng vokalis bersuara khas, Elda Suryani dari Stars and Rabbit.
Di album penuh perdana mereka –dan sampai saat ini masih jadi satu-satunya– ini, duo beranggotakan Tristan Juliano dan Zakari “Zaki” Danubrata menggandeng para sekondannya, mulai dari Bam Mastro hingga Danilla Riyadi, yang diberi tugas untuk bernyanyi. Semua lagu dengan lirik, akan menggandeng kolaborator. Mungkin karena duo ini sadar bahwa menyanyi bukan ranah mereka.
Yang menarik dari duo ini adalah bagaimana mereka mengemas musik dan juga temanya. Memang, kita masih bisa mengendus aroma cinta di lagu-lagu seperti “Peace of Mind”, “Moonlight”, atau “In Your Eyes”. Namun melongok lebih dalam, Mantra Vutura –seperti sebagian besar musisi elektronik yang menaruh hati pada fiksi ilmiah, (halo Gary Numan)– banyak memuat kisah-kisah tentang alam semesta, juga keesaan.
Musik mereka, apalagi jika didukung dengan suasana dan perangkat yang tepat, bisa membawamu menjelajah. Membayangkan ada apa di atas sana, seberapa luas jagat ini, ada apa di antara planet dan bintang-bintang, bagaimana nasib Mayor Tom yang mengapung di angkasa tanpa cahaya, kapan kira-kira wangsa ET akan datang ke bumi dan membawa peradaban baru nan canggih. Dan segala jenis pertanyaan yang lahir karena cekokan oplos antara 2001: Space Odyssey, Star Wars, Riwayat Sang Kala, Aliens, Interstellar, dan The Martian.
Jejak-jejak “pertanyaan” (atau mungkin keberserahdirian) terhadap Yang Maha Esa, juga tampak dalam lagu-lagu seperti “Kembali” (yang konon terinspirasi dari surat Al Baqarah). Mereka juga punya lagu seperti “Kehendak Tuhan” atau “Tabir”, atau “aMakna” yang bicara soal keagungan.
Di Arisan Tirto, kami juga sempat menanyakan: kalau Mantra Vutura ketemu tiga musisi legendaris untuk makan malam, apa lagu yang ingin kalian pamerkan ke mereka?
“Sepertiga,” kata Tristan mantap.
Lagu ini tercipta ketika dia sedang akan melaksanakan ibadah di sepertiga malam. Oh ya, lagu ini belum dirilis. Jadi, mari tunggu tanggal mainnya.
Di Arisan Tirto kali ini, kami berbincang banyak hal. Mulai dari bisnis mereka (satu makanan untuk manusia, satu lagi untuk hewan peliharaan), bagaimana mereka “dikejar-kejar” oleh pihak label agar segera merilis album baru, persiapan pernikahan, hingga persahabatan Zaki dan Tristan yang terjalin sejak mereka duduk di taman kanak-kanak.
Selamat menonton, dan selamat menjelajahi alam semesta bersama Mantra Vutura.
Sebermula, “Solar Labyrinth” menjadi perkenalan. Kemudian single demi single meluncur. Hingga Human meluncur di 2019. Dari “Intro” saya, saya sudah terkesiap. Ketukan perkusi ritmis, dilapisi dengan bangunan synth tebal dan atmosferik. Kemudian ada “Bank of the River”, yang menggandeng vokalis bersuara khas, Elda Suryani dari Stars and Rabbit.
Di album penuh perdana mereka –dan sampai saat ini masih jadi satu-satunya– ini, duo beranggotakan Tristan Juliano dan Zakari “Zaki” Danubrata menggandeng para sekondannya, mulai dari Bam Mastro hingga Danilla Riyadi, yang diberi tugas untuk bernyanyi. Semua lagu dengan lirik, akan menggandeng kolaborator. Mungkin karena duo ini sadar bahwa menyanyi bukan ranah mereka.
Yang menarik dari duo ini adalah bagaimana mereka mengemas musik dan juga temanya. Memang, kita masih bisa mengendus aroma cinta di lagu-lagu seperti “Peace of Mind”, “Moonlight”, atau “In Your Eyes”. Namun melongok lebih dalam, Mantra Vutura –seperti sebagian besar musisi elektronik yang menaruh hati pada fiksi ilmiah, (halo Gary Numan)– banyak memuat kisah-kisah tentang alam semesta, juga keesaan.
Musik mereka, apalagi jika didukung dengan suasana dan perangkat yang tepat, bisa membawamu menjelajah. Membayangkan ada apa di atas sana, seberapa luas jagat ini, ada apa di antara planet dan bintang-bintang, bagaimana nasib Mayor Tom yang mengapung di angkasa tanpa cahaya, kapan kira-kira wangsa ET akan datang ke bumi dan membawa peradaban baru nan canggih. Dan segala jenis pertanyaan yang lahir karena cekokan oplos antara 2001: Space Odyssey, Star Wars, Riwayat Sang Kala, Aliens, Interstellar, dan The Martian.
Jejak-jejak “pertanyaan” (atau mungkin keberserahdirian) terhadap Yang Maha Esa, juga tampak dalam lagu-lagu seperti “Kembali” (yang konon terinspirasi dari surat Al Baqarah). Mereka juga punya lagu seperti “Kehendak Tuhan” atau “Tabir”, atau “aMakna” yang bicara soal keagungan.
Di Arisan Tirto, kami juga sempat menanyakan: kalau Mantra Vutura ketemu tiga musisi legendaris untuk makan malam, apa lagu yang ingin kalian pamerkan ke mereka?
“Sepertiga,” kata Tristan mantap.
Lagu ini tercipta ketika dia sedang akan melaksanakan ibadah di sepertiga malam. Oh ya, lagu ini belum dirilis. Jadi, mari tunggu tanggal mainnya.
Di Arisan Tirto kali ini, kami berbincang banyak hal. Mulai dari bisnis mereka (satu makanan untuk manusia, satu lagi untuk hewan peliharaan), bagaimana mereka “dikejar-kejar” oleh pihak label agar segera merilis album baru, persiapan pernikahan, hingga persahabatan Zaki dan Tristan yang terjalin sejak mereka duduk di taman kanak-kanak.
Selamat menonton, dan selamat menjelajahi alam semesta bersama Mantra Vutura.
Baca juga artikel terkait VIDEO - TIRTO atau tulisan lainnya
tirto.id - Musik
Fotografer: Dadan Gustian