Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS mengatakan Indonesia berisiko tinggi untuk penyebaran virus polio.
Pemberian imunisasi polio di Indonesia saat ini menggunakan itu jenis polio tetes BOPV, atau bivalent oral polio vaccine. Vaksin tersebut untuk mencegah virus polio tipe 1 dan 2, yang diberikan selama jangka waktu empat kali per empat bulan melalui oral.
Kemudian pemberian vaksin dikombinasikan dengan Inactive Polio Vaccine (IPV) dalam sediaan injeksi, serta nanti ada booster juga di usia 9 bulan bersamaan dengan pemberian vaksin campak atau rubella.
Virus polio memiliki tiga tipe, dan pasien pertama yang ditemukan di Indonesia tersebut positif mengidap virus polio tipe dua. Anak berusia tujuh tahun itu memiliki gejala kelumpuhan pada kaki kirinya. Dengan ditemukannya kasus polio itu, Indonesia menjadi negara ke-16 yang melaporkan penyakit tersebut.
ANTARA/ Devi Nindy Sari Ramadhan
ANTARA FOTO/ Raisan Al Farisi & Irwansyah Putra
Pemberian imunisasi polio di Indonesia saat ini menggunakan itu jenis polio tetes BOPV, atau bivalent oral polio vaccine. Vaksin tersebut untuk mencegah virus polio tipe 1 dan 2, yang diberikan selama jangka waktu empat kali per empat bulan melalui oral.
Kemudian pemberian vaksin dikombinasikan dengan Inactive Polio Vaccine (IPV) dalam sediaan injeksi, serta nanti ada booster juga di usia 9 bulan bersamaan dengan pemberian vaksin campak atau rubella.
Virus polio memiliki tiga tipe, dan pasien pertama yang ditemukan di Indonesia tersebut positif mengidap virus polio tipe dua. Anak berusia tujuh tahun itu memiliki gejala kelumpuhan pada kaki kirinya. Dengan ditemukannya kasus polio itu, Indonesia menjadi negara ke-16 yang melaporkan penyakit tersebut.
ANTARA/ Devi Nindy Sari Ramadhan
ANTARA FOTO/ Raisan Al Farisi & Irwansyah Putra