Dua tahun lalu Pasar Santa di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjadi tempat nongkong favorit bagi kawula muda Ibu kota. Pasar Santa yang dulu kumuh, menjadi pasar dengan desain interior yang kreatif. Muda-mudi dari berbagai komunitas musik, seni rupa, sastra, dan sebagainya akan mudah ditemui di tempat ini. Alunan musik dari piringan hitam bersautan di sudut pasar yang dibangun sejak tahun 1971 ini. Namun saat ini, kondisi Pasar Santa berbeda jauh. Semakin sepi, dan banyak kios yang tutup. Tak terlihat lalu lalang anak muda yang dulu memadati tempat ini.
Penyebab utama sepinya Pasar santa karena kenaikan harga sewa yang melambung. Ketenaran Pasar Santa dikalangan anak muda membuat para pemilik kios menaikkan harga dari 3 juta rupiah per tahun menjadi belasan juta rupiah per tahun. Omzet mereka makin menurun sementara harga sewanya terus meningkat. Akhirnya, sebagian penyewa kios memilih pindah dan sebagian lagi tetap bertahan. Sinar kegemerlapan Pasar Santa yang memiliki 1.151 kios ini mulai meredup setelah banyak toko yang tutup. Menyelusuri lorong-lorong kios yang dulu terang kini semakin gelap. Roda ekonomi roda ekonomi di lantai dua dan tiga di pasar ini kembali lesu.
Foto dan Teks: Andrey Gromico
Penyebab utama sepinya Pasar santa karena kenaikan harga sewa yang melambung. Ketenaran Pasar Santa dikalangan anak muda membuat para pemilik kios menaikkan harga dari 3 juta rupiah per tahun menjadi belasan juta rupiah per tahun. Omzet mereka makin menurun sementara harga sewanya terus meningkat. Akhirnya, sebagian penyewa kios memilih pindah dan sebagian lagi tetap bertahan. Sinar kegemerlapan Pasar Santa yang memiliki 1.151 kios ini mulai meredup setelah banyak toko yang tutup. Menyelusuri lorong-lorong kios yang dulu terang kini semakin gelap. Roda ekonomi roda ekonomi di lantai dua dan tiga di pasar ini kembali lesu.
Foto dan Teks: Andrey Gromico