Warsa 1959, di teras belakang istana negara. Sebelum mandi, seperti biasa Bung Karno bercengkerama dengan para pemikir, teknokrat, seniman, dll. Percakapan yang akrab mengalir penuh kehangatan. Hari itu, Edhi Sunarso, juara dua sayembara patung sedunia di London, ikut hadir. Bung Karno mendekati Edhi dan mengutarakan keinginannya untuk membuat Patung Selamat Datang dalam rangka menyambut kontingen Asian Games 1962 di Jakarta.
“Dhi, aku mau membuat patung tingginya sembilan meter, bahannya perunggu. Tunjukkan bahwa bangsa Indonesia bangsa yang besar, bangsa yang ramah. Aku beri tugas kau buat patung itu,” ujar Bung Karno.
“Saya belum pernah, Pak. Membuat patung sepuluh senti pun dari perunggu belum pernah. Paling-paling saya buat patung sebesar orang, itu pun masih belum sempurna, Pak,” jawab Edhi tak bisa menyembunyikan rasa kaget.
“Kau punya rasa bangga berbangsa bernegara, gak? Punya nation’s pride, gak? Kau pasti punya! Cuma kau takut mengatakan. Aku tahu, kau sejak umur mudamu masuk penjara keluar penjara, iya kan? Kau berani membunuh Belanda, kau pun harus berani (membuat patung)!” kata Bung Karno meyakinkan.
Baca selengkapnya:
Edhi Sunarso, Pematung Kepercayaan Bung Karno
“Dhi, aku mau membuat patung tingginya sembilan meter, bahannya perunggu. Tunjukkan bahwa bangsa Indonesia bangsa yang besar, bangsa yang ramah. Aku beri tugas kau buat patung itu,” ujar Bung Karno.
“Saya belum pernah, Pak. Membuat patung sepuluh senti pun dari perunggu belum pernah. Paling-paling saya buat patung sebesar orang, itu pun masih belum sempurna, Pak,” jawab Edhi tak bisa menyembunyikan rasa kaget.
“Kau punya rasa bangga berbangsa bernegara, gak? Punya nation’s pride, gak? Kau pasti punya! Cuma kau takut mengatakan. Aku tahu, kau sejak umur mudamu masuk penjara keluar penjara, iya kan? Kau berani membunuh Belanda, kau pun harus berani (membuat patung)!” kata Bung Karno meyakinkan.
Baca selengkapnya:
Edhi Sunarso, Pematung Kepercayaan Bung Karno