Menuju konten utama

BMKG: Longsor Tebing di Danau Furnas Juga Bisa Terjadi di Indonesia

Peristiwa runtuhnya tebing di tepi Danau Furnas di Calitolio sebenarnya fenomena biasa yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja termasuk di Indonesia.

BMKG: Longsor Tebing di Danau Furnas Juga Bisa Terjadi di Indonesia
Danau Furnas. foto/Istockphoto

tirto.id - Runtuhnya tebing Danau Furnas di negara bagian Minas Gerais, Brazil pada 8 Januari 2022 ramai menjadi pembicaraan warganet karena menimpa para wisatawan yang sedang menikmati pemandangan dengan menaiki kapal boat.

Tebing tepi danau yang tampak kokoh menjulang itu, tiba-tiba roboh dan menimpa perahu yang sarat penumpang yang sedang berwisata. Dampak kejadian ini menyebabkan beberapa orang meninggal dunia dan luka-luka, serta beberapa orang lainya masih dinyatakan hilang.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan peristiwa runtuhnya tebing di tepi Danau Furnas di Calitolio sebenarnya fenomena biasa yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Menurutnya, hal ini karena berdasarkan proses longsornya, longsoran dibedakan dalam beberapa macam dan apa yang terjadi dan menimpa wisatawan di Danau Furnas merupakan jenis "flexural toppling failure".

"Kita mengenalnya sebagai longsoran guling (Toppling Failure), longsoran ini terjadi pada lereng batuan dengan kemiringan bidang lemah yang berlawanan arah terhadap kemiringan lereng dan biasanya pada batuan keras, struktur lemahnya berbentuk kolom atau kekar-kekar vertikal," katanya.

"Flexural Toppling yaitu jenis longsoran guling setelah mengalami lenturan. Keruntuhan lentur ini sering terjadi pada lereng baik lereng buatan maupun lereng alami dengan struktur perlapisan anticlinal," tambahnya.

Menurutnya, selama tebing mengalami ketidakstabilan lereng kemudian ada gaya pemicu maka runtuhan dan longsoran dapat terjadi.

Ketidakstabilan lereng pemicu longsoran dan runtuhan dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya kesalahan dalam mendesain geometri front/ lereng misal di daerah tambang yaitu ketinggian dan kemiringan lereng, pengaruh air baik air tanah maupun air hujan, jenis batuan, sifat fisik dan mekanik batuan.

Kecelakaan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan lereng akan berdampak kepada mereka yang berada di tepi lereng atau tebing dan lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan kerugian harta dan jiwa.

Guna mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penelitian, pengujian dan analisa terhadap kondisi lereng-lereng yang berada dekat zona tambang, permukiman atau tempat wisata, khususnya wisata geopark.

"Tragedi wisata di Danau Furnas, Brazil adalah pelajaran penting untuk kita sekaligus warning terhadap keamanan wisata alam kita dan pentingnya asesmen keamanan wisata khususnya wisata geopark kita," katanya.

"Kita memiliki banyak sekali destinasi wisata alam indah bertebing curam yang menyimpan potensi bahaya. Sebagai conroh kawasan wisata DanauToba, Raja Ampat, Ramang-Ramang, Ciletuh, Gunung Batur, Gunung Rinjani, Ngarai Sianok, Green Canyon, Pantai Uluwatu, Pantai Dreamland di Bali, dan masih banyak lainnya yang perlu dilakukan kajian terkait keamanan wisata," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DANAU FURNAS atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya