Dalam sejarah pergerakan nasional, selain orang terpelajar yang pernah di sekolah Belanda, para haji pun juga aktif dalam pergerakan nasional. Sebagian bahkan harus bernasib malang karena dibuang.
Tak ada tukang pukul di tempat pembuangan Boven Digoel. Tak ada pula paksaan untuk bekerja bagi orang-orang buangan yang bermimpi soal kemerdekaan Indonesia. Siksaan terbesar di Boven Digoel adalah kesepian.
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menjadikan Boven Digoel sebagai tempat mengisolasi tokoh-tokoh pergerakan nasional. Mereka disiksa oleh ganasnya malaria dan kesepian. Mereka memutuskan untuk membangun kamp pengasingan bagi pentolan komunis yang berontak pada 12 November 1926.