Teater Manekin adalah Sanggar kesenian teater yang didirikan oleh dua waria bernama Pandan Wangi dan Dani Husein pada awal 19 Juni 2015. Sejak awal terbentuk sampai saat ini Teater Manekin masih dibiayai oleh sumbangan sukarela individu. Teater Manekin menjadi wadah kaum transgender dalam berkesenian.
Di tengah banyaknya pemberitaan dan stigma negatif akan keberadaan transgender di Indonesia, Teater Manekin menunjukkan prestasinya. Pada tahun 2015 Kelompok teater ini dinobatkan sebagai kelompok teater terbaik ketiga di Festival Teater Jakarta (FTJ) 2015.
Di tahun ini, Teater Manekin kembali akan berjuang dan menunjukkan eksistensinya dalam dunia teater dengan kembali ikut berkompetisi di FTJ 2016 dengan lakon "Nostalgia Payung dan Komedi Putar". Pementasan yang disutradarai oleh CH Cheme Ardi tersebut mengisahkan Biduan waria di Pasar Malam. Pertunjukkan tersebut dimainkan oleh 5 orang waria yaitu Dani husein, Pandan wangi, Wanty Cokek, Guna, dan Galbera Gana.
Persoalan hidup sebagai kaum transgender yang dialami oleh para pemain ini benar-benar memberi karakter dan energi yang kuat dalam pertunjukkan. Pementasan Teater Manekin menunjukkan bahwa waria juga bisa berkarya, bukan hanya sebagai bahan ejekan dan bully.
Foto dan teks: Andrey Gromico
Di tengah banyaknya pemberitaan dan stigma negatif akan keberadaan transgender di Indonesia, Teater Manekin menunjukkan prestasinya. Pada tahun 2015 Kelompok teater ini dinobatkan sebagai kelompok teater terbaik ketiga di Festival Teater Jakarta (FTJ) 2015.
Di tahun ini, Teater Manekin kembali akan berjuang dan menunjukkan eksistensinya dalam dunia teater dengan kembali ikut berkompetisi di FTJ 2016 dengan lakon "Nostalgia Payung dan Komedi Putar". Pementasan yang disutradarai oleh CH Cheme Ardi tersebut mengisahkan Biduan waria di Pasar Malam. Pertunjukkan tersebut dimainkan oleh 5 orang waria yaitu Dani husein, Pandan wangi, Wanty Cokek, Guna, dan Galbera Gana.
Persoalan hidup sebagai kaum transgender yang dialami oleh para pemain ini benar-benar memberi karakter dan energi yang kuat dalam pertunjukkan. Pementasan Teater Manekin menunjukkan bahwa waria juga bisa berkarya, bukan hanya sebagai bahan ejekan dan bully.
Foto dan teks: Andrey Gromico