tirto.id - Direktur Utama PT Peruri (Persero), Dwina Septiani Wijaya membagikan tips cara mengidentifikasi keaslian meterai tempel. Salah satu ciri mudah yang dapat dikenali pada meterai tempel di antaranya berbentuk segi empat dan terasa kasar jika diraba.
"Terdapat pula gambar Garuda sebagai lambang Negara Indonesia," kata dia dalam pernyataannya, di Jakarta Rabu (28/4/2022).
Dia mengatakan, masyarakat juga bisa melihat keaslian meterai tempel pada teks 'METERAI TEMPEL', teks 'TGL', angka '20' dan teks 'TEMPEL', teks nominal '10000', teks 'SEPULUH RIBU RUPIAH', serta terdapat nomor seri dan perforasi.
Dwina mengatakan, sejak didirikan pada 1971, Peruri memiliki kompetensi utama sebagai perusahaan penjamin keaslian dari produk-produk yang dihasilkan dengan cara menerapkan beberapa fitur sekuriti.
Untuk produk meterai tempel, fitur sekuriti yang digunakan oleh Peruri pada kertas meterai terdapat UV dull berhologram, lem kering (dry glue) pada sisi belakang kertas dan serat-serat yang kasat mata (visible fibres).
Ia menambahkan sejak 2020, Peruri telah mengimplementasikan komponen bahan baku meterai tempel seluruhnya berasal dari produksi dalam negeri, di antaranya adalah bahan baku kertas sekuriti berhologram dan tinta sekuriti.
“Kami mulai mengganti menggunakan produksi dalam negeri sebagai bentuk nyata dukungan Peruri terhadap produk lokal. Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan local content pada produk lainnya dan setiap aktivitas pengadaan di Peruri," jelasnya.
Secara garis besar, lanjut dia, proses bisnis pencetakan meterai tempel terbagi menjadi lima tahapan yaitu persiapan cetak, pencetakan, verifikasi/pemeriksaan, finishing dan pengiriman.
Proses pencetakannya sendiri juga terbagi menjadi empat tahapan yaitu cetak rata/offset, cetak dalam/intaglio, cetak nomor seri dan perforasi.
Pencetakan meterai tempel seluruhnya dikerjakan oleh Peruri, namun bahan baku kertas sekuriti didapatkan dari PT Kertas Padalarang yang merupakan anak perusahaan Peruri serta tinta sekuriti dari PT Sicpa Peruri Securink.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri
