tirto.id - Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan tren menjaga jarak cenderung menurun, angkanya di bawah 75 persen dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini perlu diwaspadai terlebih menjelang Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri agar tak banyak kerumunan.
“Berdasarkan analisis 1 minggu terakhir per tanggal 9 Mei kita melihat bahwa masih ada sekitar 83 kabupaten kota dengan angka kepatuhan menggunakan masker di bawah 75 persen. Sedangkan untuk menjaga jarak dan menghindari kerumunan ini lebih banyak lagi yaitu sekitar 100 kabupaten/kota dengan angka kepatuhan menjaga jarak di bawah 75 persen,” kata Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah, Minggu (9/5/2021).
Data itu didapatkan dari hasil monitoring protokol kesehatan di level nasional yang dilakukan oleh 437.097 petugas yang telah memantau 480 juta masyarakat yang ada di 126 juta titik. Temuan-temuan hasil pemantauan itu di antaranya adalah mulai terjadinya kepadatan di pasar, tempat wisata saat akhir pekan, dan kedai makan saat buka puasa.
“Menjaga jarak jadi salah satu tantangan kita dalam dua pekan terakhir terutama dikarenakan titik-titik kerumunan yang makin banyak saat menghadapi Hari Raya Idul Fitri,” ujarnya.
Dewi mengatakan bila melihat analisis per pekan ada perbaikan terutama dalam hal penggunaan masker. Namun untuk kepatuhan menjaga jarak terhadap tren kenaikan jumlah kabupaten/kota dengan angka kepatuhan rendah.
Sementara jika dilihat melalui analisis tren selama satu bulan terakhir kepatuhan menggunakan masker terdapat 7 provinsi dengan tren penurunan penggunaan masker dalam sebulan terakhir. Namun di 27 provinsi yang lain mengalami tren tingkat kepatuhan.
Namun saat menjaga jarak terhadap tren yang berbeda dimana dalam satu bulan terakhir terdapat 17 provinsi yang mengalami tren penurunan kepatuhan menjaga jarak dan 17 provinsi mengalami tren peningkatan kepatuhan.
“Jadi mungkin memang tantangan kita saat ini ketika orang banyak keluar pada tempat kerumunan mungkin mall atau pusat perbelanjaan adalah munculnya kerumunan baru yang dikhawatirkan memiliki potensi penularan covid sehingga hal ini harus lebih ditekankan,” kata Dewi.
Editor: Maya Saputri
