tirto.id - Seniman sekaligus aktor senior Indonesia, Subarkah Hadisarjana, meninggal dunia pada Selasa (11/03/2025) dini hari di RS Sentra Medika Depok.
Kabar duka ini disampaikan oleh Ketua Humas Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (PB Parfi) dan Direktur Rumah Film Indonesia Evry Joe melalui pesan singkat.
Menurut keterangan Evry, jenazah akan disemayamkan di rumah duka yang beralamat di Pondok Tirta Mandala, Jl.Rajawali J3 No.6 Depok, Jawa Barat dan dimakamkan di TPU Tapos, Bogor, Jawa Barat pada Selasa (11/03/2025) siang.
Selama hidupnya, Subarkah telah menghasilkan sejumlah karya besar yang menjadi kebanggaan dunia perfilman Indonesia.
Profil dan Deretan Karya Subarkah Hadisarjana
Subarkah Hadisarjana Yoeswadi lahir di Pare, Kediri, Jawa Timur, pada 25 Juni 1958. Ketertarikannya terhadap dunia seni, khususnya teater dan desain, membawanya menempuh pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Di sinilah Subarkah mengembangkan bakatnya, baik sebagai seniman maupun akademisi, hingga kelak menjadi salah satu pengajar senior di kampus tersebut.
Karier akademik Subarkah dimulai sebagai dosen di Program Studi Desain Produk (Mode), Fakultas Seni Rupa dan Desain, IKJ. Di sini, ia tidak hanya mengajar, tetapi juga aktif dalam pengembangan kegiatan kemahasiswaan.
Pada tahun 2008, Subarkah dipercaya menjabat sebagai Wakil Dekan III Fakultas Seni Rupa IKJ.
Kariernya kemudian berlanjut sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan. Setelah mengabdi selama puluhan tahun, Subarkah memasuki masa purnabakti pada Maret 2025.
Selain di dunia akademik, Subarkah Hadisarjana memiliki perjalanan panjang sebagai seniman dan aktor. Ia aktif di berbagai kelompok teater, di antaranya Teater Populer dan Teater Koma.
Di luar panggung teater, Subarkah Hadisarjana juga aktif berkontribusi dalam industri perfilman Indonesia. Pada tahun 1982, ia dipercaya sebagai penata rias dalam film Pengkhianatan G 30 S/PKI.
Keahliannya kemudian kembali dibutuhkan dalam produksi film Djakarta 1966 karya sutradara Arifin C. Noer, di mana ia menangani bagian spesial efek.
Selain berkiprah di balik layar, Subarkah juga tampil sebagai aktor di sejumlah film layar lebar. Beberapa di antaranya adalah Kipas-Kipas Cari Angin (1989), Petualangan 100 Jam (2004), dan Get Married 3 (2011).
Subarkah Hadisarjana juga dikenal melalui perannya di berbagai sinetron populer. Ia memulai debut aktingnya di layar kaca pada tahun 1993 lewat sinetron Pelangi di Hatiku. Setahun kemudian, ia tampil dalam sinetron legendaris Si Doel Anak Sekolahan yang tayang perdana pada 1994.
Sepanjang kariernya, Subarkah juga membintangi sejumlah judul sinetron lainnya, di antaranya Benang Emas (1994), Akal-Akalan (1996), Sarana Angkutan Rakyat (1996), Wah Cantiknya (2001), Sok Kenal Sok Dekat (2003), Cintaku di Rumah Susun Season 1-2 (2003–2005), dan 17th (2004).
Di samping karier akting dan penata artistik, Subarkah juga meraih berbagai penghargaan bergengsi. Di antaranya adalah Gelar Musik Humor di Taman Ismail Marzuki (1979), Juara Lomba Karakter Makeup Nasional (1981), dan penghargaan dalam Festival Fantasi Makeup Internasional di Kuala Lumpur, Malaysia (1991).
Dengan pengalaman panjang di dunia seni pertunjukan, teater, dan perfilman, Subarkah Hadisarjana dikenal sebagai sosok yang berkomitmen tinggi dalam mengembangkan kesenian Indonesia, baik di atas panggung, layar, maupun di dunia pendidikan.
Subarkah Hadisarjana meninggal dunia pada Selasa, 11 Maret 2025, dalam usia 67 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia seni Indonesia.
Penulis: Febriyani Suryaningrum
Editor: Yantina Debora
