tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung sampai hari ini, bahkan sudah memasuki hari ke 231 invasi. Dalam berita terbaru, Rusia terus menyerang infrastruktur utama di Ukraina dengan serangan rudal.
The Guardian memberitakan, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy meminta untuk memasok lebih banyak sistem pertahanan udara kepada para pemimpin G7. Tujuannya untuk memantau di perbatasan Belarusia.
Para pemimpin G7 juga mengaku mendukung Ukraina "selama dibutuhkan" sembari mengutuk serangan rudal terbaru Rusia di kota-kota Ukraina.
Di sisi lain, Kementerian pertahanan Belarus mengatakan pengerahan pasukan bersama dengan Rusia di perbatasannya adalah tindakan defensif. Langkah itu dilakukan untuk memastikan "keamanan" di sepanjang perbatasan antara Belarus dan Ukraina.
Situasi Perang Rusia dan Ukraina
Al Jazeeramemberitakan, pertemuan anggota NATO dan sekutu di Brussels pada hari ini Rabu, 12 Oktober 2022 kemungkinan akan fokus pada penyediaan sistem pertahanan udara tambahan ke Ukraina. Hal itu disampaikan duta besar AS untuk NATO.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih juga mengatakan, Amerika Serikat akan mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara NASAMS yang canggih ke Ukraina.
Menurut media Rusia, ledakan dilaporkan terjadi di Kherson dan Melitopol yang dikuasai Rusia pada Rabu. Rusia telah menyerang infrastruktur energi dan komunikasi Ukraina dalam apa yang disebutnya sebagai pembalasan atas ledakan jembatan Krimea.
TASS memberitakan, pada Selasa malam, tentara Ukraina melancarkan lebih dari 20 serangan dengan howitzer M777 AS di kota Energodar di Wilayah Zaporozhye.
"Saat ini, administrasi militer-sipil Energodar telah melaporkan lebih dari dua puluh serangan artileri terhadap zona industri, pembangkit listrik termoelektrik Zaporozhye dan garis pantai Energodar," kata pemerintah sipil-militer.
Ukraina mendesak warga sipil untuk menghemat listrik dengan cara tidak menggunakan peralatan rumah tangga seperti oven dan mesin cuci karena jutaan orang menghadapi pemadaman listrik setelah serangan terbesar Rusia terhadap jaringan energinya.
Editor: Iswara N Raditya
