Menuju konten utama

Pengarung Ilmu dari Desa Lolibu

Para siswa SD itu adalah pengarung ilmu pengetahuan yang ulung. Mereka tidak menyia-nyiakan masa-masa sekolah untuk menuntut ilmu setinggi tingginya meski fasilitas yang kurang mendukung.

Pengarung Ilmu dari Desa Lolibu
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-10.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-02.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-11.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-07.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-12.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-05.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-03.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-06.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-04.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-08.JPG
undefined
2016/07/12/TIRTO-pengarung-ilmu-dari-desa-lolibu-13.JPG
undefined
Sekitar pukul 05.30 Wita beberapa siswa Sekolah Dasar Negeri 4 Laonti di Desa Lolibu, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, bersiap ke sekolah. Orang tua siswa lebih dulu mempersiapkan sampan yang akan digunakan anak-anak mereka ke sekolah.

Di tepi dermaga para siswa saling menunggu rekannya untuk berangkat ke sekolah bersama-sama dengan menggunakan sampan. Keakraban dan kebersamaan tampak sepanjang perjalanan, mereka harus mengarungi lautan yang berjarak sekitar tiga mil dengan kedalaman sekitar 40 meter. Setibanya di tepian mereka mengikat sampan-sampannya dan bergegas ke tepian pantai untuk memakai sepatu dan masih berjalan mendaki perbukitan lagi.

Di sekolah para guru dengan wajah tersenyum menjemput mereka. Di sekolah mereka, setiap ruangan terdiri dari dua kelas yang hanya dibatasi dinding papan. Bila turun hujan saat pagi hari, para siswa terpaksa diliburkan.

Pada malam hari, mereka belajar dengan mengandalkan cahaya pelita karena sebagian besar di daerah tersebut belum dialiri listrik, bisa dimaklumi karena daerah itu masih tergolong daerah tertinggal. Begitulah rutinitas para siswa di daerah tersebut. Sudah puluhan tahun warga Desa Lolibu yang harus menggunakan sampan mengarungi laut untuk bersekolah.

Para siswa SD itu adalah pengarung ilmu pengetahuan yang ulung. Mereka tidak menyia-nyiakan masa-masa sekolah untuk menuntut ilmu setinggi tingginya meski fasilitas yang kurang mendukung.

Foto: Jojon & Teks: Yusran Uccang
Baca juga artikel terkait FOTO-TIRTO atau tulisan lainnya

tirto.id - Pendidikan
Editor: Taufik Subarkah