Menuju konten utama
Aloysius Sugiyanto

Aloysius Sugiyanto

Anggota Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD)

Tempat & Tanggal Lahir

Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, 25 Juni 1928

Karir

  • Ketua Perhimpunan Kinologi Indonesia (Perkin)
  • Direktur Utama PT Pramukti Semesta
  • Ketua Himpunan Kerabat Mangkunegaran Suryo Sumirat
  • Ketua Yayasan Bakti Yudha
  • Asisten Intel Kostrad
  • Anggota Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD)

Detail Tokoh

Belakangan Sugiyanto mengaku sebagai orang pertama dari tentara Indonesia yang masuk ke Timor Timur sebelum wilayah ini masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia mengaku mendekati tokoh-tokoh Uni Demokrasi Timor (UDT) dan Fretilin, mengundang mereka ke Jakarta. Aloysius mengajak mereka ke Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN—kini PT Dirgantara Indonesia). Sugiyanto meyakinkan kepada mereka, Indonesia adalah sahabat bukan musuh.


Sugiyanto adalah pengelola hiburan majalah hiburan bernanam "POP". Tapi pada bulan September tahun 1974 majalah yang ia miliki tersandung masalah. Rey Hanintyo, pemimpin redaksi Pop, menurunkan artikel tentang silsilah mantan presiden Soeharto pada edisi Tahun II, Nomor 17. Disebutkan di situ Soeharto memiliki garis keturunan keraton Yogyakarta. Soeharto mewarisi darah biru dari Sultan HB VIII dari garis keturunan ayahnya. Nenek Seoeharto konon menjadi ''istri'' HB VIII. Kabar ini bertentangan dengan sumber resmi yang beredar umum di masyarakat, Soeharto lahir dari pasangan petani Soekirah dan Kertosudiro di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul.


Akhir cerita majalah POP dibredel, pemimpin redaksi POP, Rey Hanintyo masuk bui. Sugianto sebagai pemilik bebas. Sebagai ganti, karir militernya mentok sampai pangkat kolonel. Sugiyanto merupakan salah satu asisten dari Ali Moertopo yang merupakan salah satu pengurus KIN (Komando Intelijen Negara) yang didirikan oleh Soeharto.


Tugas intelijen yang pernah diemban Sugiyanto antara lain merayu pakar ekonomi, Sumitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo Subianto) kembali ke Indonesia. Sebelumnya, Sumitro sempat meninggalkan Indonesia karena diduga terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, 15 Februari 1958. Sugiyanto berhasil membawa Sumitro ke tanah Air sesuai petunjuk Presiden Soeharto.

Berkali-kali Sugiyanto harus menyembunyikan keberadaan Sumitro di Jakarta dari incaran para pendukung mantan presiden Soekarno. Akhirnya pada 29 Mei 1968, Soeharto mengangkat Sumitro menjadi Menteri Perdagangan.


Pada tanggal 1 Oktober 1965, ketika Yoga Sugama, intel Kostrad, melapor ke Suharto bahwa ada pasukan-pasukan liar di Halim Perdanakusuma, Kolonel Ali Moertopo dan Kapten Aloysius Sugiyanto yang menyiapkan pasukan tempur. Mereka mengkoordinir persiapan Kostrad untuk bersiap merebut stasiun Radio Republik Indonesia (RRI) dan pangkalan udara Halim.


Ali Moertopo memilih sugiyanto menjadi asisten karena pengalaman intelijen sugiyanto yang sudah tidak dieagukan lagi. Sebelum di KOSTRAD, Sugiyanto bertugas di Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1956. Namun ketika itu terjadi Peristiwa Kranji yang mencatut namanya. Sugiyanto masuk dalam pusaran konflik antara tentara pusat dan daerah.

Adalah Zulkifli Lubis, intelijen senior mentor Yoga Sugama, yang saat itu bisa mempengaruhi RPKAD. Lubis berhasil membujuk RPKAD untuk melakukan gerakan “menyerang” Jakarta pada 17 November 1956. Gerakan gagal sebelum beraksi. Lubis konon membatalkan rencanaya. Rival AH Nasution ini akhirnya bergabung dalam PRRI.


Gerakan itu sendiri merupakan buah dari persengketaan antara perwira daerah dan pusat di internal Angkatan Darat. Sugiyanto yang saat itu menjadi anak buah Mayor Djaelani, Komandan RPKAD, diberi tugas khusus melakukan gerakan intelijen di Jakarta. Belakangan, menurut Ken Conboy dalam Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces peristiwa ini menyebabkan Sugiyanto ditolak untuk bergabung dengan RPKAD.


Sebagaimana diketahui berdirinya RPKAD berawal dari Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT) yang didirkan oleh Kolonel A.E. Kawilarang pada 16 April 1952. Ide berawal dari pengalaman Kawilarang memberangus gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Pada operasi militer itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi kesulitan menghadapi RMS. Di Kesko TT itulah Sugiyanto menjadi ajudan Slamet Riyadi yang justru gugur di Ambon. Belakangan setelah RMS diberangus, Kawilarang membentuk pasukan elit yang bergerak tangkas dan cepat, maka dibentuklah RPKAD.


Sugiyanto dan Slamet Riyadi, keduanya sama-sama berasal dari Solo yang bertugas di TT Siliwangi. Keduanya termasuk tentara Indonesia yang tidak berasal dari pendidikan militer resmi bentukan Jepang atau Belanda. Meski demikian Sugiyanto pernah mendapat pendidikan intelijen sekaligus pendidikan para komando pada pertengahan 1951. Sugiyanto adalah salah satu lulusan terbaik dalam kursus tersebut.


Sebelum bergabung dinas ketentaraan, Sugiyanto adalah mahasiswa di sekolah menengah penerbangan di Bandung pada era pendudukan Jepang. Ketika Proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Sugiyanto keluar dari pendidikan dan bergabung dengan pasukan Slamet Riyadi.


Di sinilah Sugiyanto kenal dekat dengan Slamet Riyadi. Di Solo tempat ia dibesarkan, Sugiyanto menjadi ajudan Slamet Riyadi. Bersama dengan Slamet, Sugiyanto dibaptis di Gereja Katolik Purbayan Solo dengan nama baptis Aloysius.

Tokoh Lainnya

Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI