22 tahun silam, artis Nike Ardilla mengalami tabrakan tunggal. Mobil yang ia setir menabrak beton tempat sampah. Di sana, Nike mengembuskan nafas terakhir. Nike pergi dalam usia yang terlampau muda, 19 tahun. Orang yang ditinggalkan bukan hanya keluarga dan sanak kerabat. Melainkan juga karier Nike di masa puncak dan jutaan penggemar yang terkejut dan patah hati.
Hari itu, Minggu, 19 Maret, puluhan penggemar yang datang dari Padang, Makassar, Bangka Belitung, Bali, Samarinda, hingga Malaysia mengenang 22 tahun kerpergian idolanya. Tiap tanggal 19 Maret, mereka berkumpul untuk menapak tilas museum, lokasi kecelakaan, hingga makam sang idola yang meninggal puluhan tahun lalu: artis pop Nike Ardilla.
Pukul 6 pagi mereka tiba di Jl. RE Martadinata, Bandung, tempat tragedi kecelakaan Nike Ardilla. Di depan Kafe Bali itu, para penggemar berkumpul dan berdoa bersama. Banyak yang membawa bunga, juga foto berpigura. Seseorang membawa gitar dan menjadi pengiring karaoke massal lagu-lagu Nike. Lagu "Menyibak Tirai Kelabu" dan "Bintang Kehidupan" dimainkan. Beberapa penggemar berwajah sendu, bahkan ada yang menangis sesenggukan. Ketika kord pertama A Minor digenjreng, tanpa dikomando, mereka langsung bernyanyi.
Sebening embun pagi hari
Seindah sinarnya mentari
Kusibak tirai yang menghalang di jalan hidupku
dan kutemui sebuah harapan
Penggemar Nike begitu takzim membaca doa di depan pusara setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Bandung Menuju Ciamis, lokasi makam idolnya. Ada beberapa penggemar yang berebutan merengkuh nisan dan menciuminya. Ada pula yang mengelus pusara sembari menangis. Ada kecintaan yang bisa menjelma jadi keimanan. Agama seperti itu. Musik juga bisa seperti itu. Musik yang hebat bisa melahirkan para penggemar yang mencintaimu dengan keras kepala, tanpa lelah. Dan itu ada pada diri penggemar Nike.
FOTO-FOTO: Andrey Gromico
Hari itu, Minggu, 19 Maret, puluhan penggemar yang datang dari Padang, Makassar, Bangka Belitung, Bali, Samarinda, hingga Malaysia mengenang 22 tahun kerpergian idolanya. Tiap tanggal 19 Maret, mereka berkumpul untuk menapak tilas museum, lokasi kecelakaan, hingga makam sang idola yang meninggal puluhan tahun lalu: artis pop Nike Ardilla.
Pukul 6 pagi mereka tiba di Jl. RE Martadinata, Bandung, tempat tragedi kecelakaan Nike Ardilla. Di depan Kafe Bali itu, para penggemar berkumpul dan berdoa bersama. Banyak yang membawa bunga, juga foto berpigura. Seseorang membawa gitar dan menjadi pengiring karaoke massal lagu-lagu Nike. Lagu "Menyibak Tirai Kelabu" dan "Bintang Kehidupan" dimainkan. Beberapa penggemar berwajah sendu, bahkan ada yang menangis sesenggukan. Ketika kord pertama A Minor digenjreng, tanpa dikomando, mereka langsung bernyanyi.
Sebening embun pagi hari
Seindah sinarnya mentari
Kusibak tirai yang menghalang di jalan hidupku
dan kutemui sebuah harapan
Penggemar Nike begitu takzim membaca doa di depan pusara setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Bandung Menuju Ciamis, lokasi makam idolnya. Ada beberapa penggemar yang berebutan merengkuh nisan dan menciuminya. Ada pula yang mengelus pusara sembari menangis. Ada kecintaan yang bisa menjelma jadi keimanan. Agama seperti itu. Musik juga bisa seperti itu. Musik yang hebat bisa melahirkan para penggemar yang mencintaimu dengan keras kepala, tanpa lelah. Dan itu ada pada diri penggemar Nike.
FOTO-FOTO: Andrey Gromico