Masuk tirto.id
tirto.id - Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan industri kerajinan di Bantul terdampak langsung oleh guncangan ekonomi dan geopolitik global. Telah terjadi tekanan terhadap permintaan ekspor, khususnya untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat.
Halim menjelaskan, Bantul selama ini dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan ekspor nasional dengan produk-produk berbasis handicraft. Namun, produk kerajinan lokal kehilangan daya saing di pasar internasional. Industri ekspor terdampak penutupan Terusan Suez di Mesir, kenaikan tarif impor di Amerika Serikat, dan krisis ekonomi di Eropa.
“Karena Terusan Suez ditutup, terpaksa kargo itu kan mutar di benua Afrika. Maka biaya logistiknya akan naik,” ujar Halim usai acara Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) di JEC, Bantul, Jumat (12/9/2025).
Akibatnya, harga produk kerajinan yang dikirim ke Eropa menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif. “Harganya tambah mahal, akhirnya jumlah orderan diturunkan, begitu,” jelasnya.
Kondisi ini menjadi pukulan berat bagi ribuan pelaku UMKM di Bantul yang mengandalkan ekspor sebagai sumber penghasilan.
Meski begitu, Halim menyebut pihaknya sudah berupaya mencari solusi dengan membuka pasar baru di Timur Tengah, walau kawasan tersebut juga sedang mengalami gejolak politik.
“Pasar utama kita, yaitu Amerika dan Eropa, sedang tidak stabil. Maka kita perlu cari alternatif,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Bantul kini intens berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mencari solusi jangka menengah dan panjang.
“Maka pemerintah daerah ini kan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat,” pungkas Halim.
Penulis: Abdul Haris
Editor: Siti Fatimah
