Menuju konten utama
Ratna Sarumpaet

Ratna Sarumpaet

Aktivis HAM

Tempat & Tanggal Lahir

Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Indonesia, 16 Juli 1949

Karir

  • Anggota / Pengurus International Women Playwright (2003)
  • Anggota Kehormatan PEN International
  • Penulis, Sutradara Seniman
  • Aktivis HAM

Detail Tokoh

Seniman teater sekaligus aktivis HAM ini terkenal dengan pementasan monolog “Marsinah Menggugat” yang pernah dicekal di jaman Orde Baru. Wanita yang pernah mendekam di penjara karena menyerukan perubahan ini siap melakukan apapun untuk keadilan, kemanusiaan dan kebenaran.

Lahir pada tanggal 16 Juli 1949, ia akrab dipanggil Sarumpaet, tumbuh dalam keluarga Kristen dan aktif secara politik di Sumatera Utara. Ia merupakan anak ke lima dari 9 bersaudara. Ia menjadi Islam setelah menikah dengan seorang pengusaha Arab-Indonesia, Achmad Fahmy Alhady.

Vokal, kritis, dan berani, adalah kesan yang pertama melekat pada sosok wanita yang satu ini. Berkutat di organisasi Sosial Kemasyarakatan, hal ini dilakukan oleh Sarumpaet demi membela nasib kaum-kaum yang terpinggirkan.

Belakangan ini ia lebih dikenal sebagai seorang aktivis, namun jauh sebelum itu ia telah lama bergelut di dunia teater. Adik kandung aktris gaek Mutiara Sabi ini pernah berkuliah di Fakultas Teknik Arsitektur serta di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia, namun ia tidak sempat menyelesaikan studinya karena lebih memilih dunia teater sebagai pilihan karirnya.

Pada tahun 1969, setelah belajar berteater di Bengkel Teater Rendra selama 10 bulan, ia kemudian mendirikan sebuah panggung teater bernama “Satu Panggung Merah” pada tahun 1974. Sebagai seorang seniman teater ia tak hanya piawai berakting di atas panggung, namun juga mampu menulis naskah drama yang sebagian besar bertemakan seputar nasib orang-orang pinggiran.

Pada pemilu 1997, ia bersama kelompok teaternya bergabung dengan kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dikawal ketat oleh aparat kepolisian, di sepanjang jalan Warung Buncit, Ratna dan kawan-kawan mengusung sebuah keranda bertuliskan DEMOKRASI sambil mengumandangkan kalimat tahlil 'La Illah haillallah'. Karena ulahnya itu, Ratna dan kawan-kawannya ditangkap dan diinterogasi selama 24 jam.

Di era tahun 90-an Ratna juga dikenal karena terlibat sebagai aktivis dalam kasus Marsinah dan membela penderitaan rakyat Aceh yang terjebak perang antara TNI dan GAM. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah antara dirinya dengan administrasi pemerintahan Orde Baru kala itu.

Pada September 1997 Kepolisian RI menutup kasus pembuhuhan Marsinah dengan alasan bahwa DNA Marsinah dalam penyelidikan telah terkontaminasi. Setelah penutupan kasus ini, Ratna menulis Monolog “Marsinah Menggugat”. Karya monolognya tersebut dianggap provokatif, dan monolog tersebut mendapatkan tekanan dari berbagai pihak.

Lelah dengan intimidasi dari aparat, pada akhir 1997 Ratna memutuskan untuk melakukan perlawanan. Bersama 46 LSM, Ratna membentuk sebuah kelompok bernama Siaga dan merupakan kelompok pertama yang secara terbuka menyerukan agar Soeharto turun dari jabatannya. Ketika melakukan pertemuan dengan Siaga, Ratna ditangkap bersama kawan-kawannya di Polda Metro Jaya dan 10 terakhir di tahan di LP Pondok Bambu.

Saat itu LP Pondok Bambu dikawal ketat karena kecaman mahasiswa yang ingin membebaskan Ratna. Setelah 70 hari dalam kurungan, sehari sebelum Soeharto resmi lengser, Ratna dibebaskan. 

Pada tahun politik, tahun 2019, Ratna tersandung kasus hukum. Dia berbohong dengan mengatakan bahwa wajahnya babak belur akibat dipukuli oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Pernyataan itu dianggap tudingan kepada lawan kubu politiknya. Kasus ini merupakan salah satu kasus terbesar di tahun 2019. Akibat pernyataan itu, dia divonis dua tahun penjara pada 11 Juli 2019.

Tokoh Lainnya

Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat