Tempat & Tanggal Lahir
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, 29 Februari 1936
Karir
- Sastrawan Indonesia
Detail Tokoh
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih dikenal Nh. Dini merupakan penulis papan atas Indonesia. Dia pernah menerima SEA Awards dari Pemerintah Thailand dan Lifetime Achievement Award Ubud Writers & Readers Festival 2017 (UWRF). Dia telah menerbitkan banyak novel, cerita pendek, dan cerita kenangan. Di antara banyak novelnya, yang paling terkenal yaitu Pada Sebuah Kapal (1972), La barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Hati yang Damai (1998). Selain sebagai penulis, Nh. Dini juga dikenal sebagai feminis.
Nh. Dini mengaku suka menulis sejak duduk di kelas 3 SD. Menulis bagi dirinya merupakan cara mengungkapkan pikiran dan perasaan. Bakat menulis Nh. Dini semakin terasah ketika dia duduk di bangku SMA. Dia menjadi penulis sajak dan cerita pendek untuk majalah dinding sekolahnya. Selain itu, dia menulis sajak dan prosa berirama. Dia membacakan karyanya di RRI Semarang. Pada masa itu, Nh. Dini masih berusia 15 tahun. Semenjak itu, dia rajin mengirim sajak-sajaknya ke siaran nasional RRI Semarang dan mengirim cerita pendeknya ke berbagai majalah.
Nh. Dini dikenal sebagai remaja yang sibuk. Selain aktif menulis, dia juga aktif dalam kelompok sandiwara radio bernama Kuncup Berseri yang diasuh oleh kakaknya, Teguh Asmar. Perempuan yang kerap dipanggil Eyang Bibi oleh keluarganya ini juga pernah menulis naskah. Dia pernah menjadi pemenang dalam lomba penulisan naskah sandiwara radio se-Jawa Tengah.
Setelah lulus sekolah, dia tidak menjadi penulis purna waktu. Dia bekerja sebagai pramugari di Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia. Namun, kesibukannya sebagai pramugari tidak menghalangi hasratnya untuk terus menulis. Dia menerbitkan kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Dua Dunia pada tahun 1956. Cerita itu kemudian diangkat menjadi sinetron yang dibintangi oleh Jihan Fahira. Kemudian, pada tahun 2002, Grasindo mencetak ulang karya tersebut.
Nh. Dini lahir dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Dia merupakan bungsu dari lima bersaudara. Dini pernah mengalami masa hidup yang cukup berat. Ketika dia duduk di bangku SMP, ayahnya meninggal dunia. Ibunya harus menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang tidak tetap.
Nh. Dini menikah dengan diplomat asal Prancis, Yves Coffin. Mereka menikah di Jepang pada tahun 1960. Dari pernikahan itu, Nh. Dini dikaruniai dua anak, Marie-Claire Lintang yang lahir pada 1961 dan Pierre Louis Padang yang lahir pada 1967. Sayangnya, pernikahan tersebut kandas pada tahun 1984. Nh. Dini kemudian pulang ke Indonesia dan mendirikan pondok bacaan di Semarang. Meski telah menerbitkan banyak karya, dia hidup secara prihatin lantaran tidak menerima royalti dari karya-karyanya ketika awal kariernya.
Ketika dia kembali ke Indonesia dan menetap di Semarang, dia terkena sakit hepatitis-B. Selain itu, dokter juga menemukan batu di empedunya. Biaya pengobatannya dibantu oleh Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto dan sumbangan dari berbagai pihak.
Nh. Dini dikenal sangat produktif dan gigih dalam berkarya. Selain itu, perempuan penyuka kucing ini juga dikenal mandiri. Nh. Dini memilih untuk tinggal di Wisma Lansia Banyumanik agar tidak merepotkan keluarganya. Namun, perempuan berumur 82 tahun ini tetap giat menulis meski kondisi kesehatannya tidak lagi optimal. Novel terbarunya berjudul Gunung Ungaran (2018). Sayangnya, novel itu menjadi novel terakhir Nh. Dini. Perempuan yang dikenal suka berkebun berpulang pada 4 Desember 2018.
Nh. Dini meninggalkan dua anak dan empat cucu. Anak bungsunya merupakan sutradara dan animator “Despicable Me” dan dan “Minions”.