Tempat & Tanggal Lahir
Sulawesi Selatan, Indonesia, 1 Januari 1963
Karir
- Direskrim Polda Metro Jaya Kepolisian Republik Indonesia (2009 - 2010)
- Wakadensus 88 / Anti Teror Kepolisian Republik Indonesia (2010 - 2013)
- Dir Tipikor Bareskrim Polri Kepolisian Republik Indonesia (2013 - 2014)
- Kapolda Sulawesi Tengah Kepolisian Republik Indonesia (2014 - 2016)
- Irwil II Itwasum Polri Kepolisian Republik Indonesia (2016)
Pendidikan
- Akademi Kepolisian (1983 - 1987)
Detail Tokoh
Idham Azis adalah Brigadir Jenderal Polisi yang menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya menggantikan Irjen M Iriawan yang diangkat menjadi Asisten Operasi Polri pada Juli 2017. Pengangkatan Idham tersebut berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST / 1768 / VII / 2017. Ketika diangkat menjadi Kapolda Metro Jaya, Idham masih menjabat sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri. Sebelumnya, Idham juga menjabat sebagai Inspektur Wilayah II Inspektoran Pengawasan Umum POLRI sejak 1 Maret 2016.
Idham Azis mantan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah. Karir Idham Azis bersinar setelah sukses menangani kasus Bom Bali dan penyergapan Dr Azahari Husain, gembong teroris asal Malaysia. Dalam sebuah upacara tertutup, pada 7 Desember 2005, di Markas besar Polri, Jl Trunojoyo 3 Jakarta Selatan, Idham Azis termasuk yang memperoleh kenaikan Pangkat Luar biasa.
Dari Kepala Sub Detasemen Investigasi Detasemen Khusus 88 Antiteror Badan Reserse Kriminal Polri, dia diangkat menjadi Kapolres Jakarta Barat pada 19 Desember 2008. Idham dan jajarannya di Polres Jakarta Barat berhasil mengungkap pembunuhan artis sinetron Hanny Wahab.
Dari Kapolres, prestasi Idham melesat lagi menjadi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pada 20 Oktober 2009. Pada 16 November 2009 bersama anak buahnya Idham berhasil mengungkap sindikat perampokan kontainer berisi 1.764 laptop. 7 perampok berhasil ditangkap, empat sisanya masih buron.
Kasus lain yang ia tangani adalah dugaan pemalsuan dokumen penjualan tanah. Dugaan pelaku mengarah pada Wakil Ketua Kadin Indonesia, Sandiaga Uno yang pada saat itu hendak maju dalam pemilihan Ketua Kadin pada 21 Desember 2009. Ketika itu Idham mengatakan bahwa status Sandiaga Uno hanya sebagai saksi.
Belakangan diketahui kasus ini tidak dilanjutkan karena Mahkamah Agung (MA) dalam putusannya per tanggal 21 Desember 2010 telah menolak permohonan kasasi Edward Soeryadjaja. Edward Soeryadjaja adalah pihak yang mengklaim sebagai pemilik sah lahan seluas 199.910 meter persegi. Mengacu pada putusan MA, Sandiaga dan PT PWS ditetapkan tidak melakukan pemalsuan sertifikat.
Di tahun 2010, Idham mengungkap pembunuhan yang dilakukan Babe. Korban pembunuhan ini adalah anak-anak dberusia 12 tahun yang berjumlah 10 orang. Prestasi lain, penangkapan tiga orang yang merampok merampok Toko Emas Kings di Pasar Pamor, Cibitung, Bekasi dan juga berhasil membekuk pelaku penyekapan seorang mahasiswa.
Dari Direktur Reserse Kriminal, jabatan Idham menanjak lagi. Pada 29 September 2010, Idham diangkat menjadi Wakil Kadensus. Kasus terbesar selama Idham menjadi Wakadensus adalah pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Serangkaian terror berlanjut ke Poso, dua anggota Polisi Resor Poso dikabarkan diculik dan dibunuh. Pada 11 September 2011, sekitar 50 personel Densus 88 Antiteror menangkap pria bernama Arif Hidayat di Kampung Warung Jambu, RT 03 RW 08, Desa Susukan, Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Hidayat diduga menyimpanan bahan-bahan peledak.
Idham Azis pada 5 April 2013 dirotasi menjadi Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Mabes Polri. Kasus besar pertamanya menyeret nama Susno Duadji, mantan Kabareskrim Polri. Dalam kasus ini Susno Duadji menjadi terpidana dalam kasus korupsi dan pemotongan dana pengamanan Pilgub Jawa Barat divonis 3,5 tahun. Kasus lain yang ditangani Idham adalah penangkapan terhadap buron Johanes Gluba Gebze, mantan Bupati Merauke pada 17 September 2013. Johanes Gluba Gebze telah dinyatakan sebagai tersangka dalam kasus korupsi pengadaan kulit buaya pada 2006-2010 namun baru ditangkap pada 2013.
Selama di Tipikor Bareskrim, Idham kepada media Idham mengaku bahwa penanganan kasus korupsi di Mabes Polri belum bisa cepat karena masalah prosedural yang panjang. Ia mengatakan pula bawa selama ia memimpin ada 24 kasus yang selesai ditangani Polri. Klaim Idham ini terkait dengan isu yang berhembus bahwa Polri terlalu lambat dalam menangangi kasus korupsi.
Pada 5 Oktober 2014, Idham Azis diangkat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah. Dua bulan di masa jabatannya, dua terduga teroris, Farid Makruf dan Ahmad Wahyono, berhasil ditangkap di Kabupaten Poso. Keduanya pernah ditangkap Densus 88, tapi belakangan setelah bebas masih kembali. Selang penangkapan itu 3 warga di Kecamatan Lore Timur, Poso diculik dan disekap oleh kawanan sipil bersenjata.
Pada 26 Januari 2015, Polri melakukan Operasi Camar Maelo I yang berlangsung hingga 26 Maret 2015. Sebanyak 700 personel Brimob dari Markas Besar Brimob Kelapa Dua Depok diberangkatkan ke Poso. Mereka terus melakukan penyisiran di Poso. Hasilnya, Daeng Koro alias Sabar Subagio alias Abu Autad tertembak mati pada 3 April 2015 di pegununungan Sakina Jaya Kaecamatan Parigi Utara Kabupaten Parimoi. Daeng adalah dalang pembunuhan tiga Brimob di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Pada 4 April 2015 polisi menemukan sejumlah bom rakitan dan senjata api di tubuh terduga teroris yang tewas saat baku tembak di Kebun Kopi, Kabupaten Parigi Moutong.