tirto.id - Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan sementara (suspend) perdagangan saham PT MD Pictures Tbk. Penghentian tersebut dilakukan, baik di pasar reguler maupun pasar tunai, mulai Kamis (23/8/2018) kemarin sampai dengan waktu yang belum ditentukan.
Analis senior dari CSA Research Institute, Reza Priyambada, menilai penghentian sementara itu merupakan perwujudan dari kebijakan yang BEI buat. BEI memang memiliki kewajiban untuk menghentikan perdagangan saham emiten untuk sementara waktu saat harga sahamnya terus naik di atas ketentuan.
“Yang terpenting harus ada langkah selanjutnya, seperti pemeriksaan terkait kenapa harga saham bisa naik. Dengan begitu, BEI bisa mencari kewajaran dari situ, sehingga tidak hanya sebatas suspend,” kata Reza kepada Tirto pada Jumat (24/8/2018).
Harga saham perusahaan berkode emiten FILM itu memang terus menunjukkan peningkatan sejak pertama kali ditransaksikan pada 7 Agustus 2018. Saat itu, harga saham FILM berada di level Rp314 per saham. Sebelum akhirnya dihentikan sementara, harga saham pun berada pada level Rp1.545 per saham saat penutupan perdagangan pada Selasa (21/8/2018) lalu.
Lebih lanjut, Reza menekankan pentingnya tindak lanjut dari keputusan untuk menghentikan sementara perdagangan saham FILM tersebut. Pasalnya tindakan suspend dinilainya dapat merugikan investor.
“BEI perlu mencari tahu apa saja yang diperdagangkan, lalu pihak-pihak yang melakukan, serta adakah indikasi perdagangan semu atau transaksi di luar kewajaran atau tidak. Kalau tidak ada yang mencurigakan, supaya bisa dibuka kembali,” jelas Reza.
Saat disinggung mengenai faktor yang memengaruhi peningkatan harga saham emiten di lantai bursa, Reza menyebutkan penilaian investor sangatlah berpengaruh. Harga saham emiten yang terus melonjak biasanya dipengaruhi adanya sentimen positif, seperti rencana perusahaan dalam melakukan ekspansi.
“Dengan demikian, investor pun bakal optimistis terhadap kinerja emiten. Itulah yang tergambar dari harga saham emiten MD Pictures,” ujar Reza.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Dipna Videlia Putsanra
