tirto.id - Epidemiolog Griffith University menyebut Indonesia harus mewaspadai subvarian Omicron BA.2.75.2, selain subvarian Omicron BA.2.75 (Centaurus). Subvarian Omicron BA.2.75.2 berpotensi memperpanjang durasi gelombang keempat COVID-19 di Tanah Air.
“Kita harus mewaspadai BA.2.75, ya sekarang plus BA.2.75.2, yang bisa berpotensi memperpanjang durasi dari gelombang empat kita ini,” kata Dicky ketika dihubungi Tirto pada Selasa (13/9/2022).
Dia menuturkan, saat ini subvarian Omicron BA.2.75.2 menjadi perhatian dunia. Terutama pertumbuhan subvarian Omicron tersebut meningkat lebih cepat di India.
Selain itu, Dicky mengatakan subvarian Omicron BA.2.75.2 tampaknya dapat menurunkan efikasi vaksin COVID-19. Di mana saat ini subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah mendominasi di dunia.
Dia juga menyebut bahwa kurang lebih 80 persen dari kasus COVID-19 itu tidak bergejala (asimtomatik) dan menyerang anak muda. Tetapi masalahnya, saat ini 60 persen dari kasus penularan (transmisi) itu terjadi dari kasus yang tidak bergejala itu.
“Ini yang harus diwaspadai,” ucap Dicky.
Menurut dia, proteksi terbaik tetap dengan vaksinasi COVID-19 dosis penguat (booster). Namun orang yang telah terinfeksi COVID-19 kurang lebih sebulan lalu masih bisa terinfeksi lagi.
“Jadi tidak ada kekebalan pascainfeksi yang menetap dan kuat,” jelas Dicky.
Dia mengimbau masyarakat Indonesia menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), 5M: memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas, serta vaksinasi booster.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri
